DENPASAR, BALIPOST.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mendukung pelibatan peran akademisi dalam upaya pemulihan Bali yang mengalami keterpurukan akibat pandemi COVID-19. Dukungan tersebut disampaikannya saat menghadiri Rapat Koordinasi Penguatan Sistem dan Strategi Percepatan Penanganan COVID-19 di Provinsi Bali yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Ruang Prajasabha Kantor Gubernur Bali, Kamis (19/8).
Cok Ace, mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir telah terjadi trend penurunan penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19. Menurutnya, capaian itu tak terlepas dari sinergi yang dibangun pemerintah pusat, BNPB, pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang didukung berbagai elemen masyarakat.
Trend penurunan kasus COVID-19 ini diharapkan bisa terus berlanjut, sehingga perekonomian Bali bisa segera pulih. “Semuanya bahu membahu, bekerja keras dengan semangat tinggi dalam mengendalikan penyebaran COVID-19 di wilayah Bali,” ujar Cok Ace.
Guru Besar ISI Denpasar ini mengatakan, pandemi COVID-19 tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan, namun juga memporakporandakan perekonomian Daerah Bali. Sebagai Ketua Tim Pemulihan Ekonomi Bali, Wagub Cok Ace berharap border pariwisata bisa dibuka dengan menetapkan skema tertentu yang tak mengabaikan faktor kesehatan.
Terkait dengan upaya penguatan peran akademisi, Panglingsir Puri Ubud ini menyambut baik riset kebencanaan dan KKN Tematik yang diselenggarakan BNPB. Ia berharap, riset para peneliti dapat menghasilkan masukan dan solusi yang implementatif. Selain itu, Wagub Cok Ace menyambut gembira terpilihnya Bali menjadi tuan rumah penyelenggaraan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) tahun 2022 mendatang.
Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito, mengaku sangat memahami situasi yang dihadapi Pulau Dewata. Sebagai daerah yang sebagian besar ekonominya bertumpu pada sektor pariwisata, Bali mengalami dampak ekonomi yang sangat signifikan.
Untuk bisa membangkitkan perekonomian Bali, dikatakan ada tiga pilar yang perlu dikuatkan dalam strategi penanganan COVID-19. Yaitu, penerapan protokol kesehatan (prokes) 3M (memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir dan menjaga jarak), optimalisasi 3T (Testing, Tracing dan Treatment), dan cakupan vaksinasi.
Untuk cakupan vaksinasi, ia menyebut capaian Bali sangat baik. Dengan road map pengendalian COVID-19 yang telah dirancang pemerintah. Bahkan, dia meyakini Bali akan secepatnya bisa bangkit.
Terlebih, pemerintah sangat berkepentingan dengan pulihnya Bali karena pada tahun 2022 mendatang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan GPDRR.
Dijelaskan Ganip, GPDRR merupakan forum dua tahunan yang dibentuk United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR). Forum ini bertujuan meninjau kemajuan berbagai pengetahuan, mendiskusikan perkembangan dan trend terbaru dalam penanganan kebencanaan.
Forum tersebut rencananya akan dihadiri 193 negara dengan 5 ribu hingga 7 ribu peserta. “Itu sebabnya, kita sangat berkepentingan dengan upaya pemulihan Bali. Ini juga kesempatan yang sangat baik untuk menganggap citra kita,” tandasnya.
Di lain pihak, Ganip berpendapat upaya percepatan penanganan COVID-19 bisa berjalan optimal dengan pendekatan kearifan lokal. Salah satu langkah yang ditempuh BNPB adalah menggandeng akademisi dalam riset kebencanaan dan KKN tematik.
Riset kebencanaan melibatkan 49 peneliti dari 23 Perguruan Tinggi dan terbanyak dari Daerah Bali. “Sedangkan KKN tematik diikuti 5.000 mahasiswa. Mereka langsung diterjunkan menjadi agen perubahan dalam penanganan masalah sosial di masyarakat,” urainya.
Pada bagian lain, Ganip juga menyinggung trend perkembangan COVID-19 yang terus bermutasi. Mencermati hal itu, ia mengatakan bahwa nantinya kebijakan akan diarahkan pada perubahan status pandemi menjadi endemi. “Nantinya kita harus siap berdampingan dengan COVID-19, tetap produktif tapi tetap aman. Kuncinya adalah disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan,” tegasnya. (Winatha/balipost)