Warga melihat persediaan air bersih di cubang. (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejumlah warga yang ada di Desa Besakih mengalami krisis air bersih. Hal itu menyusul air hujan yang selama ini disimpan dalam cubang pribadi mulai habis.

Warga asal Banjar Dinas Batumadeg, I Nyoman Sumerta, mengungkapkan, air yang disimpan selama ini di cubang miliknya sudah habis sejak beberapa bulan terakhir. Ia mengaku selama ini sudah sering membeli air bersih lewat mobil tangki maupun truk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca juga:  Portofolio Kredit UMKM Terbesar di Indonesia, Peran Nyata BRI Topang Perekonomian Nasional

“Sudah sering sekali beli air semenjak memasuki musim kemarau ini. Air yang dibeli cukup untuk memenuhi kebutuhan memasak, mandi, mencuci dan yang lainnya sekitar satu bulan. Setelah itu, kembali membeli air. Satu truk air bersih harganya sebesar Rp 150 ribu,” ucapnya.

Sumerta, menambahkan, belakangan ini memang sempat sesekali turun hujan. Hanya saja, air yang didapat sangat sedikit. “Air hujan yang didapat palingan satu gentong saja. Itu cukup untuk kebutuhan seminggu. Sedangkan kebutuhan air setiap harinya dalam keluarga cukup banyak,” katanya.

Baca juga:  Krisis Air Bersih

Hal senada juga diucapkan Ni Nyoman Kisid. Selama musim kemarau ini, dirinya sudah sekitar tiga sampai empat kali membeli air untuk kebutuhan sehari-hari.

“Warga di lingkungan ini hampir semuanya tidak memakai air PDAM. Karena semuanya mengandalkan air hujan yang disimpan di cubang. Bila air itu habis, maka warga membeli air bersih,” jelasnya.

Kisid, menambahkan, bila dilihat sampai turun hujan awal tahun depan, ia harus tetap membeli air bersih dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Kalau dilihat air satu truk harganya Rp 150, maka sampai hujan turun bisa beli air lagi sampai ratusan ribu rupiah,” ujar Kisid. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Tindaklanjuti Info di Medsos, Dinsos Bali Kunjungi Warga Miskin
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *