AMLAPURA, BALIPOST.com – Setelah cukup lama proses pembelajaran secara daring dilangsungkan karena pandemi COVID-19, kini tampaknya pembelajaran tatap muka (PTM) ditunggu-tunggu pihak sekolah. Terlebih Presiden RI Joko Widodo memberi sinyal bahwa pembelajaran tatap muka mungkin dilakukan, setelah pelajar mendapat vaksinasi 100 persen.
Pernyataan orang nomor satu di Indonesia itu mendapat respons positif dari kalangan pengelola satuan pendidikan. “Kami sangat mendukung dan setuju syarat PTM adalah semua siswa telah divaksin. Kami dari Satdik SMPN Satu Atap Baturinggit, Kubu, Karangasem, siap melaksanakan PTM terbatas dengan mengikuti protocol kesehatan yang sudah ditetapkan,’’ ujar Kasatdik SMPN Satu Atap Baturinggit, Dra. Ni Luh Putu Srie Eka Melani, M.Pd., Sabtu (21/8).
Dikatakan, orangtua siswa, dan pengurus komite juga sangat mendukung harapan ini. Mereka telah mendukung siswa agar segera mendapat vaksin. Bahkan, pengurus komite sampai mencari siswa yang susah dihubungi lewat HP ke rumahnya agar datang ke sekolah saat jadwal vaksin.
‘’Dari 100 orang jumlah siswa, hanya empat yang belum divaksin dosis kedua, karena saat itu ada yang sakit. Kami berharap dengan semua siswa sudah divaksin, sekolah segera bisa dibuka walau dengan PTM terbatas. Tentu dalam PTM nanti penerapan protocol kesehatan makin diperketat. Jumlah siswa mengikuti pembelajaran juga diatur agar tidak menimbulkan kerumunan untuk mencegah penularan COVID-19,’’ ujar lulusan FKIP Unud, sekarang Undhiksa Singaraja tersebut.
Dikatakan, selama ini pembelajaran daring sering mengalami banyak kendala. Salah satunya kendala sinyal internet. Ada beberapa siswa yang memang tidak mampu membeli HP. Kendala utama adalah orang tua belum mampu mendampingi anaknya secara maksimal untuk belajar di rumah, karena kesibukan bekerja.
Di sisi lain Sri Eka Melani berharap agar pemerintah selalu melaksanakan pengawasan ke sekolah dan masyarakat, terutama dalam menangani kebersihan.
Demikian juga pihaknya masih mengamati siswa harus selalu ditegur untuk menerapkan prokes. Mereka belum mempunyai kebiasaan dan kesadaran sendiri untuk menerapkan prokes dengan baik. (Subrata/balipost)