Aktifitas petani menimbang dan menjual gabah hasil sawah mereka pascapanen. (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Sejumlah petani di Jembrana berharap agar panen padi menjelang akhir tahun ini, harga gabah tidak anjlok seperti sebelumnya. Apalagi hasil padi (gabah) juga diprediksi tidak sebanyak dari panen sebelumnya karena terdampak cuaca.

Disebutkan salah satu petani penggarap di Kecamatan Jembrana, Ketut Riasa, sejumlah petani enggan menanam padi di masa pertengahan tahun. Bahkan, sejumlah lahan sengaja tidak ditanam padi dan beralih untuk palawija hingga dikontrakkan ternak bebek.

Baca juga:  Diprediksi, Kinerja Pertanian Triwulan I 2018 Membaik

“Berkaca panen kemarin, hasil padi tidak maksimal. Ditambah harga gabah anjlok, ada yang sampai Rp 3.600 per kilogram,” katanya.

Ia menyebutkan musim tanam terakhir, luas lahan satu hektar lebih, hanya menghasilkan di bawah Rp 15 juta. Sementara biaya tanam berkisar Rp 9 juta. Bila di saat hasil bagus ditambah harga gabah tinggi, petani bisa mendapatkan hasil panen hingga Rp 20 juta sampai Rp 25 juta.

Baca juga:  Jualan Salak lewat Medsos

Hasil yang tak maksimal itu akhirnya hanya bisa mengembalikan modal tanam dan tambahan hasil penjualan yang kecil. Beban lebih berat lagi dirasakan para petani penggarap.

Sebab, mereka pun juga harus menyetor ke pemilik sawah yang dikerjakannya. “Sekarang kosong belum ditanam apa, menunggu tanam selanjutnya dan mengikuti subak, ya kita berharap agar harga gabah tinggi nanti,” kata dia.

Beberapa petani, memilih praktis dengan menyewakan lahan mereka untuk digarap petani lain yang menggarap tanaman palawija seperti semangka, kacang tanah dan lain-lain. Cuaca yang tak menentu saat ini juga sangat berpengaruh pada hasil tanam. (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Toko di Pendem Ludes Terbakar
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *