Tangkapan layar peta sebaran kasus COVID-19 di Indonesia. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Rabu (25/8), kasus COVID-19 dilaporkan nasional bertambah 18 ribuan orang. Korban jiwa juga masih bertambah 4 digit.

Kabar baiknya, jumlah pasien sembuh bertambah cukup tinggi. Jumlahnya kembali ada di kisaran 33 ribuan orang.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan terjadi penambahan kasus COVID-19 sebanyak 18.671 orang. Kumulatifnya menjadi 4.026.837 orang.

Pada hari ini dilaporkan yang sembuh sebanyak 33.703 orang. Total pasien sembuh menjadi 3.639.867 orang.

Korban jiwa tercatat 1.041 orang. Sehingga kumulatifnya menjadi 129.293 orang selama pandemi berlangsung sejak Maret 2020.

Jumlah pasien COVID-19 yang masih dirawat mencapai 257.677 orang.

Mengalami Perbaikan

Perkembangan penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia terus mengalami perbaikan. Melihat perbandingan dengan dunia, kasus aktif Indonesia menurun hingga angka 7,3 persen lebih rendah dari tingkat dunia sebesar 8,43 persen. Sementara kesembuhan terus meningkat mencapai 89,5 persen melebihi rata-rata dunia sebesar 89,47 persen.

Terkait ini, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyampaikan penurunan signifikan terjadi pada minggu ini menjadi 306.760 kasus dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 384.807 kasus. “Atau dalam 1 minggu terjadi penurunan kasus mencapai lebih dari 78 ribu kasus. Tingginya angka penurunan kasus aktif minggu ini kontribusi dari 32 provinsi,” Wiku dalam siaran pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Selasa (24/8).

Baca juga:  Kantor Dinas PUPRPKP Tabanan Disambangi KPK

Meskipun, terdapat 2 provinsi yang perlu menjadi perhatian karena mengalami kenaikan kasus aktif dan penurunan kesembuhan minggu ini. Keduanya yakni Aceh dan Papua. Secara kasus aktifnya, Aceh naik 1,86% dan Papua naik 0,04%. Dan pada angka kesembuhan, Aceh turun 1,92% dan Papua turun 0,06%.

Namun, apresiasi diberikan kepada 5 provinsi dengan penurunan kasus aktif tertinggi dan pada saat bersamaan mengalami kenaikan kesembuhan yang cukup tinggi. Pada kasus aktif penurunan tertinggi di DI Yogyakarta turun 6,75%, diikuti Kalimantan Barat turun 6,18%, Gorontalo turun 5,78%, Sulawesi Tengah turun 5,64% dan Papua Barat turun 5,59%. Sedangkan untuk angka kesembuhan kenaikan paling tinggi terjadi di DI Yogyakarta naik 6,69%, Kalimantan Barat naik 6,06%, Papua Barat naik 5,54%, Sulawesi Tengah naik 5,52, Gorontalo naik 5,48% dan NTT naik 5,37%.

Melihat perkembangan baik pada 2 indikator kasus aktif dan kesembuhan ini adalah kabar baik yang perlu terus dipertahankan. Dan perkembangan baik ini tidak akan tercapai tanpa kerjasama berbagai pihak. Utamanya tenaga kesehatan yang berjuang menangani pasien COVID-19, serta pemerintah daerah yang bergerak cepat memenuhi kebutuhan fasilitas kesehatan di wilayahnya masing-masing.

Baca juga:  Gara-gara Omicron, RSDC Wisma Atlet Diisolasi Sepekan

“Saya apresiasi seluruh pihak, dan tentunya dengan perbaikan ini tidak boleh membuat kita lengah. Justru sebaliknya menjadi semakin semangat untuk terus melakukan perbaikan,” tegas Wiku.

Walaupun ada kabar baik, ia menyayangkan kasus kematian Indonesia di angka 3,2% lebih tinggi dibandingkan angka dunia sebesar 2,09%. Berdasarkan angka kematian, Indonesia menduduki peringkat 9 kematian kumulatif tertinggi di dunia.

“Dan per 22 Agustus 2021, jumlah kematian mingguan di Indonesia sebanyak 8.784 kasus atau lebih dari 1000 kematian per minggunya,” tambah Wiku.

Angka kematian masih menjadi tugas besar yang perlu dituntaskan bersama. Karena kenaikan minggu ini terjadi pada 33 provinsi atau hampir seluruh provinsi di Indonesia. Penurunan hanya terjadi di provinsi Kalimantan Tengah yang turun 0,03%, atau di minggu lalu 2,91% menjadi 2,88% di minggu ini.

Yang cukup mendesak, perbaikan pada 5 provinsi karena mengalami kenaikan kematian tertinggi. Yaitu di Jawa Tengah naik 0,32%, diikuti Lampung dan Gorontalo naik 0,3%, Bali naik 0,24% serta Bengkulu naik 0,17%.

Jika melihat angka kesembuhan dan kematian Indonesia yang sama-sama tinggi, menjadi keadaan yang tidak biasa. Karena biasanya jika kesembuhan naik, maka kematian akan turun, begitupun sebaliknya. “Hal ini menunjukkan bahwa secara umum problematika kematian nasional akibat pandemi COVID-19 masih menjadi tantangan yang belum terselesaikan,” jelas Wiku.

Baca juga:  Seratusan Personel Dishub Denpasar Awasi Penerapan Sistem Ganjil-Genap

Permasalahan ini dapat disebabkan karena penguatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan isolasi terpusat tidak diimbangi dengan pemanfaatannya secara maksimal. Dan bisa jadi, pasien COVID-19 tidak tertangani dengan cepat atau masih melakukan isolasi mandiri dalam keadaan yang tidak memadai. Untuk itu pemerintah daerah mendesak melakukan perbaikan.

Upayanya dengan membaca dan memahami perkembangan data COVID-19 di wilayahnya masing-masing. Agar dapat mengantisipasi perkembangan yang terjadi dan dapat langsung begerak cepat. Kemudian, terus perkuat posko di tingkat desa/kelurahan agar penanganan cepat dapat dilakukan sedini mungkin. Pastikan pasien menjalani isolasi secara terpusat, dan pemerintah daerah segera mengkonversi tempat tidur di rumah sakit rujukan apabila belum dilakukan konversi. Dan terus lakukan pengawasan protokol kesehatan yang ketat.

Serta, perbaikan terkait data kematian juga diusahakan melalui proses sinkronisasi yang sudah dan akan terus ditingkatkan. Pemda dihimbau terus tingkatkan sinkronisasi angka kematian dengan lembaga terkait apabila terdapat perbedaan data pusat dan daerah. “Dan data yang menjadi navigasi penanganan dapat lebih akurat dan kebijakan jyang dihasilkan lebih tepat sasaran,” imbuh Wiku. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *