Presiden Joko Widodo dalam "Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2021" di Istana Negara Jakarta, Rabu (25/8). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Komoditas baru pertanian sangat menjanjikan untuk menggerakkan mesin ekonomi nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. Presiden Joko Widodo menilai, komoditas baru itu akan memberikan nilai tambah bagi petani seperti sarang burung walet, edamame dan berbagai produk hortikultura lainnya.

Hal itu dikatakan Presiden Jokowi dalam rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2021 yang dihadiri langsung oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso serta para kepala daerah melalui video conference.

“Saya melihat di lapangan porang saya kira betul-betul menjanjikan, pasarnya sangat besar tapi saya titip agar komoditas porang didorong agar bisa sampai menghasilkan barang jadi, baik berupa kosmetik, berupa beras atau makanan yang lainnya,” ungkap Presiden, dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (25/8).

Baca juga:  Tingkatkan Kualitas Layanan Publik, Jembrana Tandatangani Nota Kesepakatan dengan Ombudsman

Presiden Jokowi diketahui meninjau fasilitas pengolahan porang di Jawa Timur pada 19 Agustus 2021 lalu. Porang adalah tanaman jenis umbi-umbian yang mengandung karbohidrat glukoman atau zat dalam bentuk gula kompleks.

Porang biasanya diolah menjadi beras, shirataki, bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup. Porang juga kerap diolah sebagai produk kosmetik. “Kita harus serius menggarap ini, bukan hanya untuk meningkatkan nilai tukar petani dan kesejahteraan petani tapi untuk menghasilkan sebuah lompatan sehingga sektor pertanian memberikan kontribusi yang lebih besar untuk menggerakkan mesin ekonomi,” tambah Presiden.

Baca juga:  Jokowi akan Kunker ke Jembrana

Presiden Jokowi meminta agar ada kesiapan dari hulu ke hilir. “Kelembagaan petani dalam model klaster perlu diperkuat, badan usaha milik petani baik dalam bentuk koperasi atau bumdes (badan usaha milik desa) juga perlu terus dikembangkan sehingga nilai tambah dari pascapanen ini terus bisa ditingkatkan,” ungkap Presiden.

Upaya lain yang harus dilakukan adalah dengan memperluas akses pemasaran dengan menjalin kemitraan dengan industri. “Akses pembiayaan juga perlu dipermudah dan disederhanakan, dalam hal pembiayaan pemerintah akan terus mempercepat penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakya) terutama KUR pertanian yang plafon 2021 sebesar Rp70 triliun khusus pertanian dari total KUR yang ada Rp253 triliun,” tambah Presiden.

Skema penyaluran KUR, menurut Presiden Jokowi, akan terus disempurnakan agar sesuai dengan karakteristik usaha-usaha yang ada di bidang pertanian. “Persyaratan KUR juga harus terus dipermudah dan KUR juga harus bisa dimanfaatkan untuk peningkatkan nilai tambah pasca panen seperti dalam pengadaan RMU, rice mill unit, sehingga KUR semakin dirasakan manfaatnya bagi petani,” ungkap Presiden.

Baca juga:  Berlibur di Bali, Jokowi dan Keluarga Kunjungi Bali Safari

RMU adalah jenis mesin penggilingan padi yang lebih mudah dioperasikan karena proses pengolahan gabah menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses. “Selain itu saya minta kepada para menteri, kepala lembaga dan kepala daerah untuk memperkuat pendampingan bagi petani. Manfaatkan teknologi termasuk platform digital untuk meningkatkan produktivitas petani dan memotong panjangnya mata rantai pemasaran UMKM pangan,” tegas Presiden. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *