Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Tantangan Indonesia saat ini adalah mengkombinasikan rebound (kebangkitan) dan recovery (pemulihan) terhadap perekonomian yang tertekan akibat dampak COVID-19. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan hal itu dalam Raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (30/8).

Dikutip dari kantor berita Antara, Sri Mulyani menjelaskan rebound sendiri memiliki arti ekonomi tumbuh tinggi karena adanya dasar pencapaian yang rendah pada kuartal sebelumnya.

Sebagai contoh, ekonomi Indonesia kuartal II tahun ini berhasil melambung tinggi hingga 7,07 persen (yoy) karena salah satu faktornya adalah pada kuartal II-2020 lalu mengalami kontraksi minus 5,32 persen (yoy).

Baca juga:  Tertinggi Sejak 8 Maret, Bali Catatkan 3 Digit Kasus COVID-19 Baru

Sementara untuk menciptakan ekonomi berkualitas, ia menuturkan Indonesia harus mampu rebound sekaligus recovery yaitu motor penggerak perekonomian harus pulih dan lebih baik. “Rebound bisa saja hanya karena base-nya rendah tapi tidak menjadi translate recovery. Orang bisa rebound tanpa recovery hanya karena pick up base-nya rendah,” kata Sri Mulyani.

Oleh sebab itu, ia menegaskan kombinasi ini harus diwujudkan mengingat kebijakan PPKM juga telah menyebabkan hampir seluruh aspek pendukung perekonomian lumpuh kembali setelah sempat mengalami perbaikan. “Kuartal III mengalami koreksi dari berbagai indikator. Kita berharap mungkin September masih bisa mengejar karena Juli kita mengalami PPKM seluruh bulan dan Agustus sampai dua minggu,” kata Sri Mulyani.

Baca juga:  Tarif Masuk Rp3,75 Juta ke Komodo dan Padar Tetap Berlaku Awal 2023

Ia pun berharap kebijakan PPKM yang mulai diturunkan levelnya terutama untuk Jawa dan Bali dari level 4 menjadi level 3 dapat secara perlahan menormalkan aktivitas perekonomian masyarakat.

Untuk keseluruhan tahun Sri Mulyani mengatakan outlook perekonomian nasional berada di kisaran 3,7 persen sampai 4,5 persen dengan catatan kuartal III terutama September mampu lebih recovery dan tumbuh normal.

Jika dilihat dari komponen agregat demand, konsumsi Indonesia diperkirakan hanya akan tumbuh 2,2 persen sampai 2,8 persen karena pada kuartal II-2021 melonjak namun kuartal IV tertekan akibat PPKM. “Kuartal IV nanti kalau Natal dan Tahun Baru biasanya cukup meningkat lagi. Jika COVID-19 tidak mengancam kita bisa dapat full capitalizing atau memanfaatkan momentum kuartal IV,” kata Menkeu Sri Mulyani. (Kmb/Balipost)

Baca juga:  Turki Seret Pemerintah Israel ke Mahkamah Internasional

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *