Tangkapan layar Wapres saat meninjau pelaksanaan PTM di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta pada Kamis (2/9). (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Seorang siswa laki-laki berseragam sekolah dengan menggunakan masker dan faceshield nampak berjalan menuju halaman Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, Kamis (2/9). Seperti yang disiarkan kanal YouTube Wapres RI dari Denpasar, siswa ini mencuci tangannya dengan air mengalir dan sabun sebelum masuk ke kelasnya untuk mengikuti pelajaran.

Setelah itu, sang siswa pun masuk ke kelas yang tempat duduknya telah diatur berjarak. Dalam ruangan, nampak sejumlah meja persegi yang di ujung kanan dan kirinya ditempati siswa. Satu ruangan hanya berisi 12 hingga 16 siswa.

Protokol kesehatan 3 M, yaitu memakai masker, mencuci tangan di air mengalir dengan sabun, dan menjaga jarak serta menghindari kerumunan, menjadi hal yang wajib dilakukan saat PTM mulai digelar. Kondisi ini pun nampak saat Wakil Presiden RI, K.H. Ma’ruf Amin meninjau pelaksanaan PTM dan vaksinasi untuk santri di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta.

PTM memang kembali digelar secara terbatas di Jakarta setelah Ibu Kota Indonesia ini menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan PTM ini, ditekankan Wapres, penerapan protokol kesehatan yang ketat sebagai bagian penanganan dari hulu agar laju penyebaran COVID-19 dapat dikendalikan dalam pelaksanaan PTM.

Baca juga:  Meninggal Senin Dini Hari, Pasien Berstatus "Probable" Tunggu Hasil Swab COVID-19

“Yang penting penanganan di hulu-nya itu, yaitu penerapan protokol kesehatan, kemudian testing, tracing-nya cukup seperti yang dilakukan di Jakarta dan vaksinasi. Kalau tiga ini diterapkan secara ketat saya kira pasti akan terkendali,” tuturnya.

Lebih lanjut, Wapres menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan pemberian vaksinasi COVID-19 di Pondok Pesantren Darunnajah. Sebagaimana dilaporkan oleh pimpinan pondok pesantren, sebanyak 80 persen dari santri yang menempuh pendidikan di Darunnajah telah mendapatkan vaksinasi.

Oleh karena itu, Wapres mengimbau agar upaya ini dapat diteruskan sehingga herd immunity di lingkungan pesantren dapat terpenuhi. “Di sini kita harap terus divaksin sampai dengan 100 persen, supaya betul-betul herd immunity nya tercapai,” imbau Wapres.

Baca juga:  Setahun, Forensik RSUP Sanglah Tangani 4.398 Jenazah

Pada kesempatan yang sama, Wapres juga menekankan kepada para santri dan seluruh pengajar di Pondok Pesantren Darunnajah akan pentingnya menjaga diri. Sehingga, walaupun dengan adanya kelonggaran yang diberikan pemerintah, masyarakat khususnya pelajar dan kalangan akademisi tidak boleh lengah dan tetap menjaga diri dan lingkungan.

“Syekh Nawawi misalnya, mengatakan begitu. Bahwasanya menjaga diri dari bahaya yang diduga akan datang itu sudah wajib, padahal COVID ini bukan sesuatu yang diduga, tapi sudah diyakini adanya, sudah nyata,” tegas Wapres.

Wapres juga berpesan agar wilayah lain yang juga menjalankan PPKM level 1 – 3, dapat mengawal penerapan protokol kesehatan yang ketat, testing, tracing, dan vaksinasi dengan baik sehingga kegiatan PTM dapat berjalan dengan lancar dan aman.

“Jadi kita harapkan dengan seperti apa yang terjadi di Jakarta, kita harap juga di daerah lain levelnya turun dari level 4 ke level 3. Sehingga, terjadi pelonggaran-pelonggaran yang memang sekarang [diberikan] oleh pemerintah pelonggaran itu disesuaikan dengan penurunan level ini,” ujar Wapres.

Baca juga:  Pembelajaran Berdiferensiasi

Hadir dalam peninjauan ini Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, serta para pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah diantaranya Sofwan Manaf dan Hadiyanto Arief.

Sementara itu, Kepala Sekolah di Pondok Pesantren Darunnajah, Ust. H. Robby M. Syarif, mengatakan pihaknya melakukan uji coba pembelajaran tatap muka secara bertahap mulai awal Juli. Proses kehadiran siswa pun dilakukan bertahap per 2 minggu. “Saat ini kehadiran santri kurang lebih mencapai 75 persen yang hadir,” ungkapnya.

Untuk PTM di kelas, sebelumnya santri melakukan karantina. “Ketika mereka hadir di pesantren, karantina selama 2 minggu. Kemudian kehadiran mereka itu sebelumnya juga sudah diawali dengan minta persetujuan orangtua, kemudian juga diminta (melakukan tes) antigen, minimal antigen dan PCR untuk hadir ke pesantren,” paparnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *