DENPASAR, BALIPOST.com – Bali meloloskan satu-satunya atlet angkat besi Ketut ‘Banat’ Ariana. Ia lolos PON dari kelas 73 kg dan menempati posisi kelima.
Atlet yang dilatih Joko Honggono dan Ni Luh Sinta Darmariani ini, memasuki masa kompetisi dan menu yang disantap dominan protein, seperti daging sapi, ayam, dan ikan laut. Banat, di Denpasar, Kamis (2/9) mengemukakan, pihak hotel menyiapkan menu khusus bagi lifter maupun binaragawan.
“Saya bersyukur manajemen hotel bersedia menyiapkan menu khusus bagi atlet angkat besi. Lauk yang saya santap juga tidak boleh digoreng, tetapi cukup direbus,” ungkap Banat.
Diceritakan, selain mengkonsumsi protein yang tidak digoreng, Banat juga rajin mengkonsumsi suplemen dan vitamin. Untuk pola latihan, dirinya biasa berlatih baik di gym hotel, maupun KONI Bali.
Banat berlatih sehari cukup lama minimal 3 jam bahkan bisa lebih. “Pola latihan saat ini memasuki masa kompetisi, walaupun selama ini belum pernah melakukan uji coba, termasuk tidak ada event selama pandemi COVID-19,” tandasnya.
Banat menjelaskan, saat ini pola latihan mengurangi penggenjotan fisik, dan tetap mengangkat barbel. Yang membanggakan, belakangan total angkatan Banat meningkat cukup signifikan. “Saya berharap bisa mempertahankan angkatan terbaik, saat tampil di PON Papua, sekaligus merupakan puncak penampilan (peak performance),” sebut dia.
Meskipun belum pernah uji coba, bahkan lifter antarprovinsi juga saling tidak mengetahui perkembangan angkatannya. Namun, yang jelas Banat tetap optimis pulang membawa medali. “Di ajang Pra PON saya peringkat kelima dan di event resmi PON, saya harus bisa menyodok dan merebut medali,” tegasnya.
Sementara, pelatih Joko Honggono mengakui, saat ini materi latihan memasuki tahap conditioning. Artinya, lifter cukup menjaga kebugaran dan diusahakan meningkatkan prestasinya, hingga menuju PON Papua. “Untuk cabor angkat besi, kami berlomba di auditorium Universitas Cendrawasih, Jayapura,” tuturnya.
Joko memaklumi beberapa lifter yang lolos di nomornya, belum tentu tampil pada nomor bersangkutan di event resmi PON. Pasalnya, para pelatih mengetahui kemampuan atlet asuhannya, sehingga pelatih juga dituntut agar tidak salah dalam menerapkan taktik dan strategi. “Biasanya pelatih memasukkan atletnya, di nomor yang persaingannya kurang begitu ketat, sehingga peluang merebut medali terbuka lebar,” beber dia.
Dia memahami, pelatih dalam mendaftarkan atletnya sesuai dengan kelas yang diikuti, biasanya menjelang mereka tampil. “Jadi, pendaftaran entry by name sesuai dengan kelasnya, masih bisa dirombak lagi demi taktik dan strategi jitu, dalam upaya meraih medali,” kata dia. (Daniel Fajry/balipost)