DENPASAR, BALIPOST.com – Petarung Andre Surya merebut medali emas di kelas 75,1-80 kg, pada kejurnas sekaligus Pra PON di GOR Pajajaran Bandung. Di final, dia mengalahkan petarung asal Jambi. Kini, obsesi Andre bertekad kembali mendulang emas pada event resmi PON Papua.
Andre menerangkan, dirinya mulai menekuni tarung derajat sejak duduk di bangku SMK Pariwisata di kawasan Nusa Dua. “Sejak kecil saya memang suka berantem melulu,” ungkap petarung kelahiran Luwuk, Sulteng, 3 Oktober 1999. Ia mengisahkan, saat duduk di bangku SMK kelas II, dirinya getol berlatih sebagai persiapan untuk turun di Porjar Badung.
Kenyataannya, berat badan di kelas Andre tidak dipertandingkan, hingga membuat dirinya frustasi. “Saya sempat tidak mau berlatih, sebab persiapan latihan sangat matang, tetapi tidak dipertandingkan,” keluhnya. Gairah Andre untuk berlatih kembali muncul, tatkala menyaksikan rekannya berlaga di Porjar. “Akhirnya, saya kembali berlatih di Satlat Pratama, Nusa Dua,” ucap Andre, di Denpasar, Senin (6/9).
Bersyukur berkat latihan dan kerja keras membuahkan hasil. Andre bisa turun pada event Mangupura Cup 2016, dan spontan menyabet emas. Akan tetapi, upaya membela Badung di ajang Porprov Bali 2017, Andre kalah dalam selekda. Kendati demikian, Andre tetap tak mau putus asa dan rutin berlatih.
Alhasil, dia masuk skuad tim Badung di ajang Porprov Bali 2019, di Tabanan. “Untuk pertama kalinya, saya berlaga di Porprov dan bersyukur merebut emas,” kata dia. Selanjutnya, Andre berhak mewakili Bali dalam kejurnas yang dirangkaikan dengan Pra PON. “Astungkara, saya pertama kali tampil di kejurnas dan kontan menyumbang emas,” ujarnya.
Ia menceritakan, pertama kali tampil di kejurnas senantiasa mampu mengalahkan lawan-lawannya sejak babak penyisihan hingga final. “Saya mengikuti instruksi pelatih, kemenangan demi kemenangan yang saya raih membuat kepercayaan diri makin tinggi, dan yakin bisa juara,” tuturnya.
Karena itu, Andre kembali mematok emas pada PON Papua. Bahkan, raihan emas merupakan target yang harus diwujudkan. Ia mengakui, sejak menekuni tarung derajat justru makin disiplin. Padahal, Andre sejak SD sering berkelahi, bahkan kebiasaan berantem berlanjut hingga ke SMP di Sulteng, hingga nyaris di DO. (Daniel Fajry/Balipost)