AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejak beberapa bulan belakangan ini harga telur ayam terus mengalami penurun. Bahkan saat ini harga telur dinilai paling anjlok dipasaran. Kondisi itu membuat peternak kelimpungan karena harga jual tak sebanding dengan harga pakan.
Peternak ayam asal Desa Pesedahan, Kecamatan Manggis, I Nyoman Sumadi, mengungkapkan, kalau belakangan ini harga telur di pasaran terus mengalami penurunan. Bakan saat ini sampai harga terendah, yakni Rp 14. 400. Baginya, ini suatu harga yang sangat merugikan bagi peternak. “Jika ini terus berlanjut maka, akan mempengaruhi keberlangsungan usaha bagi peternak,” ucapnya.
Sumadi, menjelaskan, terus menurunnya harga telur ini salah satunya disebabkan oleh PPKM termasuk ditutupnya pariwisata. Karena semua sektor dipengaruhi akibat pandemi covid-19. Bahkan, sebelum pariwisata ditutup telur banyak terserap di hotel, restauran maupun tempat makan. “Tapi sekarang ini saya berusaha keras untuk memasarkan telur ini ke luar daerah,” katanya.
Menurut, Semadi, dengan anjloknya harga telur saat ini membuat dirinya kelimpungan. Pasalnya, harga telur yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya pakan dan yang lainnya. Terlebih lagi, saat ini harga pakan juga mengalami kenaikan salah satunya jagung. Dari sebelumnya harga Rp 4 ribu kini naik menjadi Rp 6.500. “Jika dilihat hampir setiap hari minus Rp 10 juta lebih. Bahkan cara yang diterapkan agar tidak merugi sudah habis di saat situasi seperti ini. Di situasi ini kita hanya bisa nambah utang saja,” tandasnya.
Atas kondisi ini, pihaknya sangat berharap kepada pemerintah jangan diamkan berlama-lama situasi ini, dan segera bisa mengambil langkah-langkah penyelamatan agar peternak bisa tetap bertahan di tengah kondisi seperti ini. “Kalau ini kolap semua terdampak. Karena cukup banyak yang pekerja yang bekerja didalamnya,” harapnya. (Eka Prananda/Balipost).