Wisuda Sarjana dan Pascasarjana ke-26 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Senin (6/9), berlangsung istimewa karena dirangkai pembukaan Festival Bali Sangga Dwipantara. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Wisuda Sarjana dan Pascasarjana ke-26 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Senin (6/9), berlangsung istimewa karena dirangkai pembukaan Festival Bali Sangga Dwipantara. Acara menghadirkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) RI Tjahjo Kumolo, Gubernur Bali selaku Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar, Wayan Koster, dan orasi ilmiah oleh Budayawan Goenawan Mohamad.

Selain mewisuda 325 Sarjana, Sarjana Terapan, dan Magister Seni, juga menghadirkan keterlibatan Maestro, Seniman, Pekerja Seni, dan Akademisi Indonesia pada pergelaran virtual Umah Bersama Nusantara (Bali-Dwipantara Bhakti).

Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni ISI Denpasar Dr. A.A. Gede Rai Remawa, dalam rilisnya, menjelaskan peserta wisudawan berjumlah 325. Rinciannya, 176 Sarjana dan Sarjana Terapan Fakultas Seni Rupa dan Desain dengan predikat terpuji 143 wisudawan, 110 Sarjana Fakultas Seni Pertunjukan dengan 86 predikat terpuji, 39 Magister Seni dengan 33 wisudawan predikat terpuji.

“Adapun lulusan terbaik program sarjana diraih Ni Putu Ayu Aneska Rastini Dewi dengan IPK 3,99. Terbaik program sarjana terapan: Lady Athalia dan Ni Komang Diah Sri Dewi Klenting Sari dengan IPK 3,95. Terbaik program magister: Ni Kadek Dwi Pratika Dewi, I Nyoman Agus Hari Sudama Giri, dan Ni Putu Irma Maha Sasmita dengan IPK 4,00,” urai mantan Kaprodi S2 Desain itu.

Rektor ISI Denpasar, Prof. Wayan ‘Kun’ Adnyana memberi apreasi atas keberhasilan wisudawan. “Dengan bangga saya melepas seluruh Anak Panah Masa Depan Bangsa ini (wisudawan, red), untuk mengarungi deru deras kehidupan dengan sauh dan pandu kreativitas serta inovasi seni-desain yang telah diperoleh semasa studi. Mari warnai jagat ini dengan pesona gagasan-gagasan kreatif kalian,” ujarnya.

Baca juga:  ISI Denpasar Gelar UTBK

Ia pun mengatakan setelah usai wisuda ini, semua lulusan adalah alumni kebanggaan ISI Denpasar. “Kita akan selalu bersama merawat Bhineka Tunggal Ika di pertiwi Indonesia Raya ini. Pandemi memberi tantangan baru, butuh kerelaan, kesadaran, dan disiplin untuk tetap tegar, tegak, dan bangkit; sehat sekaligus aktif berinovasi melahirkan rekacipta karya seni dan desain baru yang menjawab imajinasi, mimpi, dan tantangan kehidupan masa kini dan masa pascapandemi.”

ISI Denpasar dalam enam bulan terakhir, terang Guru Besar Bidang Sejarah Seni tersebut, telah melakukan inovasi pengembangan sistem pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Yakni pembenahan kurikulum secara fundamental, merumuskan dan memberlakukan kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka ISI Denpasar berbasis Program Studi, dengan menjaga relevansi, mutu, dan daya saing.

Proses perumusan kurikulum melibatkan 60-an tokoh dari unsur maestro, seniman-desainer, profesional, dan juga pakar pendidikan tinggi. Selain pemberlakukan kurikulum baru, pihaknya secara simultan mengundang tokoh bereputasi sebagai dosen tamu pada 12 Program Studi S1 dan D4.

“Memaknai wisuda Sarjana dan Pascasarjana XXVI, sekaligus upaya fasilitasi pelayanan informasi terintegrasi ISI Denpasar, kami meluncurkan Single Sign On (SSO) Nata Kerti (Wahana Tata Kinerja Informasi Terintegrasi) ISI Denpasar,” sebutnya.

Kun mengatakan segala inovasi dilakukan tersebut demi terwujud profil lulusan ISI Denpasar yang tangguh, berjiwa Pancasila, dinamis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam bidang penciptaan, pengkajian, pendidikan, penyajian, dan kewirausahaan seni-budaya-desain.

Baca juga:  Mendagri dan Menpar Hadir dalam Pawai PKB

Bali Sangga Dwipantara

Penguatan inovasi Tri Dharma oleh ISI Denpasar juga dibarengi aktualisasi strategi berupa ruang diseminasi karya-praktik penciptaan serta mimbar akademik seni-budaya Nusantara. Maestro, seniman, budayawan, akademisi, pekerja kreatif, dan mahasiswa bertalenta Indonesia dilibatkan lewat karya bernama Bali Sangga Dwipantara.

Bali Sangga Dwipantara I, 2021 bertajuk Wana-Citta-Nuswantara terdiri atas sebelas program: Bali-Dwipantara Widya (Mimbar Talenta Nusantara); Bali-Dwipantara Adirupa (Pameran Seni Rupa Indonesia); Bali-Dwipantara Adinatya (Pergelaran Virtual Nasional); Bali-Dwipantara Kanti (Inisiatif Braya Nusantara); Bali-Dwipantara Waskita (Seminar Republik Seni Nusantara); Bali-Dwipantara Krama (Tutur Lelaku Nusantara); Bali-Dwipantara Yatra (Sastra Desa Nusantara); Bali-Dwipantara Diatmika (Mimbar Maestro Nusantara); Bali-Dwipantara Karma (Nemu Gelang Nusantara); Bali-Dwipantara Bhakti (Umah Bersama Nusantara); Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha (Penghargaan).

Menteri PAN RB Tjahjo Kumolo saat membuka Bali Sangga Dwipantara menjelaskan festival nasional ini benar-benar menjadi wahana untuk berkreasi dan melestarikan budaya secara konsisten, kerja keras, dan kerja cerdas, manfaatkan teknologi informasi, serta membangun kolaborasi secara luas. Ini, juga diharapkan menjaga citra Bali sebagai pusat kebudayaan yang dikagumi seluruh dunia, sekaligus sesuai dengan keinginan pendiri bangsa.

Hal yang sama disampaikan Gubernur Bali selaku Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar Wayan Koster. Keberadaan Bali Sangga Dwipantara sejalan dengan program pemerintah Provinsi Bali dan berharap kegiatan Tri Dharma ISI Denpasar tidak hanya untuk kepentingan internal tetapi turut mengembangkan seni tradisi secara kreatif-inovatif untuk dapat disajikan kepada masyarakat luas.

Baca juga:  Anggota Sindikat Curanmor Ditangkap di Jember

Budayawan Goenawan Mohamad dalam orasi berjudul “Konservasi dan Produksi Kebaruan” menjelaskan bahwa percaturan kebudayaan Indonesia selalu diwarnai tegangan antara sikap memprioritaskan “yang baru” dan “yang lama”. Dari Bung Karno sampai dengan Rendra—memaknai kata-kata Surat Kepercayaan Gelanggang—menolak untuk mengelus-elus hasil kebudayaan lama.

Di sisi lain, ada kecenderungan kuat untuk menegaskan “identitas”, dan menghubungkan “identitas” dengan tradisi dan warisan sejarah. Di sini “yang lama” punya posisi penting dan sentral. Bali Sangga Dwipantara hendaknya menjadi ruang demokratis untuk mempertemukan “yang lama” dan “yang baru”.

Pada akhir acara ditayangkan Bali-Dwipantara Bhakti berupa pergelaran virtual Umah Bersama Nusantara. Karya ini melibatkan maestro, seniman, akademisi, dan pekerja kreatif dari Aceh, Padang, Jakarta, Solo, dan Bali, dengan sutradara Made Sidia dan Tjokorda Istri Putra Padmini.

Seniman pendukung, yakni Toha Gusrama, Nungki Kusumastuti, Peni Candra Rini, I Wayan Gulendra, Ni Luh Menek, Ni Ketut Arini Alit, Gusti Bawa Samar Gantang, I Gusti Ngurah Adi Putra, Ni Nyoman Tjandri, A.A,. Gde Bagus, A.A. Gde Oka Dalem, Tjokorda Raka Tisnu, Cokorda Alit Artawan, Sulistyani, Tri Hariyanto, Saptono, dan Susas Rita Loravianti.

Selain itu juga diserahkan penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha 2021 kepada lima seniman dan akademisi bereputasi, yaitu: Tjokorda Istri Rai Partini, Toha Gusrama, Nungki Kusumastuti, I Wayan Gulendra, dan Tjokorda Istri Putra Padmini. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *