Gubernur Bali Wayan Koster saat mengunjungi proyek pelabuhan Sanur, Rabu (8/9). (BP/Ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk memastikan agar pembangunan pelabuhan Sanur benar-benar terlaksana sesuai rencana, Gubernur Bali Wayan Koster meninjau perkembangan pembangunan pelabuhan Sanur, Rabu (8/9).

Dalam kunjungannya, Gubernur Koster didampingi Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara, Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede dan didampingi oleh Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, I Gede Wayan Samsi Gunarta, Pimpinan Proyek Hutama Bangun Virama KSO, Heru Wijanarko, Perbekel Sanur Kaja dan Bendesa Adat Sanur.

Pembangunan Pelabuhan Sanur merupakan implementasi dari Pembangunan Daerah Bali yang sesuai dengan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.

Dihadapan Gubernur Koster, Pimpinan Proyek Hutama Bangun Virama KSO, Heru Wijanarko melaporkan bahwa proyek pembangunan Pelabuhan Sanur saat ini sedang memasuki tahap Pekerjaan Breakwater 1 (Sisi Selatan) berupa Pemasangan Geotextile yang progressnya 79 persen, Pemasangan Batu Core dengan progress mencapai 27 persen, serta Pemasangan Secondary Layer yang progressnya baru 6 persen.

Sedangkan untuk Pekerjaan Breakwater 2 (Sisi Utara) juga sudah menunjukan progress 72 persen berupa Pemasangan Geotextile, Pemasangan Batu Core 54 persen, dan Pemasangan Secondary Layer yang progressnya baru mencapai 9 persen. “Selain Pekerjaan Breakwater 1 dan Breakwater 2, kedepan proyek pembangunan Pelabuhan Sanur akan memasuki tahapan pekerjaan pengerukan, pekerjaan talud, pekerjaan dermaga apung hingga pekerjaan fasilitas darat dengan target penyelesaian di Bulan Mei 2022,” ungkap Heru Wijanarko.

Gubernur Koster menjelaskan Pembangunan Pelabuhan Sanur merupakan salah satu dari tiga pelabuhan Segitiga Emas yang dirancang, yaitu Pelabuhan Segitiga Sanur di Denpasar, Pelabuhan Sampalan di Nusa Penida, dan Pelabuhan Bias Munjul di Nusa Ceningan yang dibangun sekaligus secara bersamaan dengan anggaran penuh dari APBN Kementrian Perhubungan RI.

Total anggaran Pembangunan Pelabuhan Segitiga Emas ini mencapai Rp 560 miliar. Secara rinci, anggaran Pelabuhan Sampalan di Nusa Penida senilai Rp 87 miliar; Pelabuhan Bias Munjul di Nusa Ceningan sejumlah Rp 97 miliar; dan Pelabuhan Sanur di Denpasar anggarannya paling besar, yakni mencapai Rp 376 miliar.

Baca juga:  Evakuasi Korban Gempa, Pelni Kirim Dua Kapal ke Gili Trawangan

Sebelum pembangunan ini terwujud, Gubernur Bali, Wayan Koster menceritakan ide awal dari pembangunan pelabuhan ini. ketika itu, pada bulan September Tahun 2017 dirinya sempat melakukan penyebrangan laut dari Sanur menuju ke Nusa Penida dengan menggunakan kapal boat. Karena ombaknya besar, ia sempat mengangkat kain agar tidak terkena air laut. Kondisi itu ternyata banyak ditemui di Sanur, seperti ada Pemangku dan warga yang membawa banten juga ikut mengangkat kainnya untuk menuju kapal boat.

“Jadi sangat kasian kondisinya saat itu. Oleh karena itu, begitu Saya balik dari Nusa Penida, Saya langsung menghubungi Wakil Walikota, IGN Jaya Negara (Sebelum menjadi Walikota Denpasar, red), Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, dan menghubungi almarhum. Bapak Anak Agung Kompiang Raka untuk ikut meninjau kembali kondisi penyebrangan laut di Sanur pada akhir bulan September 2017 (Saat itu belum menjadi Calon Gubernur Bali, red). Dalam peninjauan tersebut, Saya punya firasat dan feeling yang bagus, dimana kalau saya menjadi Gubernur Bali, Astungkara saya akan bangun Pelabuhan Sanur ini,” ujar Gubernur Koster.

Lebih lanjut dikatakan, ketika terpilih menjadi Gubernur, dan dilantik sebagai Gubernur Bali pada 5 September 2018, pihaknya langsung mengambil inisiatif berkomunikasi dengan Bapak Menteri Perhubungan RI pada saat dirinya dipanggil oleh Presiden Jokowi pada 22 April 2018. “Astungkara Bapak Menteri Perhubungan RI sangat setuju, sekaligus tiga pelabuhan ini dibangun secara bertahap dalam waktu tiga tahun. Untuk Pelabuhan Sampalan di Nusa Penida mulai dibangun Tahun 2020, akan selesai bulan Oktober tahun 2021. Kemudian Pelabuhan Bias Muncul di Nusa Ceningan dan Pelabuhan Sanur di Denpasar dikerjakan mulai tahun 2021 dan selesai tahun 2022,” jelas mantan Anggota DPR-RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini.

Baca juga:  Gubernur Koster Apresiasi LPEI dan DJKN Resmikan Desa Devisa Garam Kusamba

Pada kesempatan ini, Gubernur Koster meminta kepada pelaksana proyek agar pembangunan ini dikerjakan sesuai jadwal dan selesai sesuai dengan kontrak, serta menggunakan anggaran yang sudah dicantumkan dalam kontrak. Di dalam pengerjaan ini, juga diminta agar sedapat mungkin melibatkan warga yang ada disini sebagai tukang, agar mampu meningkatkan perekonomian masyarakat disini. Termasuk kebutuhan materialnya, karena ini merupakan pekerjaan yang perlu keakuratan yang tinggi dan tidak boleh sembarangan material. “Saya pastikan pekerjaan pembangunan ini lancar,” tegasnya.

Gubernur Koster menegaskan Pelabuhan Sanur akan menjadi pelabuhan yang sangat bagus. Karena desainnya dikontrol langsung bersama Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi yang dipimpin oleh seorang arsitek Bali, Popo Danes. “Ini akan menjadi pelabuhan yang sangat baik untuk penyeberangan warga Bali yang akan ke Nusa Penida, Nusa Ceningan dan ke Nusa Lembongan, atau melaksanakan upacara keagamaan pada saat piodalan di Pura Ratu Gede, Dalem Ped; serta berwisata karena Pulau Nusa Penida, Nusa Ceningan, dan Nusa Lembongan sangat terkenal di dunia sebagai obyek wisata,” kata Wayan Koster.

Lebih jauh dikatakan, bahwa apabila pembangunan pelabuhan ini sudah selesai, pihaknya yakin akan menjadi ikon baru di Kota Denpasar yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, termasuk sebagai bangunan yang monumental penanda Bali Era Baru.

Berdasarkan aspirasi dari Walikota Denpasar, Ketua DPRD Kota Denpasar, Perbekel, hingga Nelayan, dimana agar kelompok nelayan di sekitar Pelabuhan Sanur meminta untuk disiapkan tempat secara khusus. Gubernur Koster menyambut baik dan setuju aspirasi tersebut.

Baca juga:  Di Kuta, Puluhan Botol Arak dan Oplosan Diamankan

“Saya selaku Gubernur Bali menegaskan sangat setuju. Karena suatu pembangunan pada prinsipnya tidak boleh mengusur atau mematikan sumber kehidupan masyarakat lokal. Jadi prinsip dasar itu, yang mana pembangunan harus harmonis dengan nilai yang ada disini beserta masyarakat dengan kehidupannya. Disini karena sejarahnya nelayan, maka harus Kita jaga agar sejarah nelayan di Sanur ini terjaga dengan baik. Kemudian juga perlu Bale atau tempat berkumpul untuk Kelompok Nelayan, dan hal ini sudah diakomodir dengan meminta para pelaksana untuk memastikan arealnya,” tegas Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini.

Sementara itu, Ketut Sukarja yang mewakili Kelompok Nelayan KUB Mina Sari Asih, Sanur Kaja, Denpasar Selatan dihadapan Gubernur Bali menyampaikan terimakasih, karena sudah memperhatikan nasib nelayan ditengah pembangunan Pelabuhan Sanur.
“Sejak dari awal Kami meminta difasilitasi tempat khusus untuk nelayan. Jangan sampai nanti ketika pelabuhan ini berdiri bagus, Kami para nelayan malah menjadi penonton disini. Sehingga dalam kesempatan yang baik ini, Kami sebagai nelayan yang tergabung di Kelompok Nelayan KUB Mina Sari Asih yang memiliki 40 anggota, memohon agar selalu diperhatikan oleh Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali untuk diberdayakan. Karena selain menjadi nelayan, Kami juga hadir sebagai penyelamat masyarakat, apabila ada musibah di laut,” ujar Ketut Sukarja.

Selain itu, Gubernur Koster juga meminta pelaksana proyek untuk memastikan tempat suci yang ada di Kawasan Pembangunan Pelabuhan Sanur terjaga dengan baik. Jangan sampai terganggu, termasuk juga tempat melasti-nya harus diberikan ruang untuk memperlancar pelaksanaan upacara yang dilakukan oleh masyarakat di Sanur. “Saya akan memantau pembangunan ini setiap bulan sekali, supaya betul-betul sesuai rencana pembangunannya,” pungkas Gubernur Bali jebolan ITB ini. (Winata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *