DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 merupakan disrupsi yang memaksa pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah melakukan migrasi ke ekonomi digital. Untuk mengatasi kesenjangan pemanfaatan teknologi digital dalam kegiatan bisnis ini, sejak usia muda perlu diajarkan cara mengoptimalisasinya. Demikian dikemukakan penasehat akademik yang juga merupakan pendiri Prestasi Junior Indonesia Robert Gardiner, Sabtu (11/9).
Ia mengatakan optimalisasi digitalisasi dalam berwirausaha sangat penting untuk menciptakan UMKM yang tahan banting dan mampu berkembang di tengah disrupsi, seperti pandemi saat ini. Bahkan, pihaknya bekerja sama dengan Citi Foundation telah mengimplementasikannya sejak 7 tahun lalu.
Lewat program edukasi kewirausahaan Youth Entrepreneurship through A Digital Approach Initiative, jelasnya, pelajar SMA dan SMK diajak mengasah keterampilan kewirausahaan mereka melalui pengalaman langsung mengoperasikan sebuah usaha mikro secara mandiri di sekolah. Para pelajar diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan serta memecahkan masalah di komunitas serta mengoptimalkan teknologi digital dalam operasi dan strategi bisnis mereka.
Di awal program, mereka telah mendapatkan pembekalan dari sejumlah profesional bisnis, khususnya seputar pemanfaatan pemasaran digital. Mereka juga berlatih membuat keputusan bisnis melalui simulasi interaktif berbasis web JA Titan. “Di tengah situasi pandemi yang penuh tantangan, pengusaha muda ini membuktikan kepekaan terhadap perubahan perilaku konsumen dan dinamika pasar dapat membantu mereka mengembangkan strategi jitu dalam menjangkau target pasar. Selama empat bulan beroperasi, kelima belas usaha mikro ini berhasil memperoleh total pendapatan bisnis mencapai 94,5 juta rupiah dengan mengandalkan pemasaran digital,” ujarnya.
Ia mengutarakan melalui program ini, para pelajar tidak hanya memperoleh pengalaman pertama berwirausaha tetapi juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 yang sangat dibutuhkan. Seperti berpikir kritis dan pemecahan masalah yang kompleks, komunikasi, kolaborasi, serta kreativitas.
“Kami berharap upaya berkelanjutan ini dapat terus menjadi wadah lahirnya wirausaha muda baru Indonesia sekaligus mengakselerasi peralihan UMKM ke era digital,” jelasnya.
Pada tahun ini, sebanyak 3.812 pelajar SMA/SMK di lima kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar) berpartisipasi. Citi Indonesia bersama PJI telah secara konsisten memberdayakan generasi muda untuk berwirausaha sejak tujuh tahun lalu, dengan nilai investasi hingga lebih dari Rp 18 miliar. “Para siswa tidak hanya dilatih untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam mengembangkan ide bisnis, namun juga dibina untuk mampu bersikap adaptif dan responsif dalam menghadapi tantangan, terutama dalam menghadapi kondisi disruptif seperti pandemi Covid-19 ini,” kata Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia, Puni A. Anjungsari.
Menjelang puncak program pada November mendatang, para pelajar dari 15 SMA/SMK di Semarang, Surabaya, dan Denpasar bersaing memaparkan kinerja bisnis mereka dalam kegiatan daring Regional Student Company Competition 2021, Sabtu (11/9). Tiga perusahaan siswa (student company) terbaik berhak mewakili daerahnya untuk memperebutkan tiket emas ajang bisnis Asia Pasifik di kompetisi tingkat nasional.
Salah satu usaha mikro binaan program ini, Neon Student Company dari SMAN 2 Denpasar. Memiliki misi melestarikan budaya Bali, bisnis yang dikelola oleh 18 pelajar ini menawarkan Your Hat, paket bucket hat dua sisi dan masker kain yang terbuat dari paduan kain drill dan kain endek. Aksesori yang banyak digunakan untuk padu padan busana ini diminati banyak remaja di Denpasar hingga Sumbawa.
Perusahaan rintisan pelajar SMA ini berhasil menjual 107 paket melalui marketplace dan media sosial. Mereka memperoleh pendapatan bisnis mencapai 6 juta rupiah. (Diah Dewi/balipost)