I Gede Arya Widhyantara. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pesilat I Gede Arya Widhyantara sesunguhnya merebut tiket PON, bahkan merebut emas, di kelas C. Akan tetapi, dirinya lama tak latihan. Maklum, Arya merupakan peserta tes Akpol dari Bali dan menduduki ranking 1.

Ditemui di Denpasar, Minggu (12/9), Arya menyebutkan, ranking 1 sampai 4 dari Bali, harus mengikuti seleksi lanjutan di Semarang. “Saya harus konsentrasi tes di Akpol, sehingga nama saya nyaris digantikan pesilat lain,” kenang pesilat kelahiran Ambon, 9 Mei 2002 ini.

Baca juga:  Buleleng Dijatah 60.250 Sertifikat Gratis

Kenyataannya, dari Bali yang diterima hanya taiga orang, yakni ranking 2, 3, dan 4. “Total peserta dari Bali 300 siswa, saya ranking 1 dan berhak ikut tes sampai ke Semarang, tetapi justru saya yang gagal,” ucap putra pertama pasangan I Made Adi Wirawan dengan Ika Lousiane Hanas ini.

Ia pun harus pulang ke Bali pada 30 Agustus, dan memasuki TC sentralisasi 3 September. “Nama saya hampir digantikan pesilat lain,” terangnya.

Alumnus SMAN 2 Denpasar ini, dua kali gagal tes Akpol, namun bagi yang lolos seleksi sampai ke Semarang, diberikan rekomendasi diterima langsung pendidikan Bintara polisi. “Saya menempuh pendidikan di SPN Singaraja, mulai Februari 2022.” ujaranya.

Baca juga:  Mediasi Kisruh Buruh PLTU Celukan Bawang Gagal

Arya menjadi polisi mengikuti jejak ayahnya. Bahkan, daraah silat juga memgalir deras dari ayahnya. “Ayah saya dulunya pesilat dari PSPS Bakti Negara, saya juga berlatih di padepokan Bakti Negara, Batu Mekaem, sejak kelas 2 SD,” kata dia.

Arya sekolah di SD Pembina Negeri Tulang Ampyang, kemudian SMPN 7 Denpasar, dan masuk siswa Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP). Ia juara di ajang Kejurnas Antar PPLP di Aceh dan Makasasar. Arya membela Denpasar dan merebut emas, pada Porprov Bali di Tabanan 2019, hingga tampil di Pra PON.

Baca juga:  Tiga Tahun Badung Tanpa Adipura

Arya mematok target emas. “Meskipun lawan saya senior, saya tetap targetkan emas,” tuturnya.

Saat ini, Arya fokus mematangakan teknik dan fisik. Sedangkan taktik dan strategi dipercayakan ke pelatih, ketika bertanding. (Daniel Fajry/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *