DENPASAR, BALIPOST.com – Kinerja dan pencapaian pembangunan selama tiga tahun kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster dan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) diapresiasi. Pujian datang dari Bendesa Agung Majelis Desa Adat (MDA) Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet dan Rektor Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S.
Prof Damriyasa mengatakan bahwa meskipun dalam kondisi yang sangat sulit dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan Bali pada khususnya, namun kinerja dan pencapain pembangunan di Bali sangat luar biasa. Sejumlah regulasi yang dikeluarkan benar-benar sangat progresif, transformatif, dan inovatif yang telah ditetapkan dan diundangkan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Gubernur (Pergub).
Menurut Guru Besar jebolan Jerman ini, regulasi yang dikeluarkan Gubernur Koster dan Wagub Cok Ace tersebut merupakan kebijakan strategis dalam menjaga Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali, serta keberpihakan terhadap kearifan lokal yang mampu mendorong perubahan sosial dalam membangun tatanan kehidupan Bali Era Baru.
“Kinerja dan pencapaian yang sangat membanggakan kita adalah di bidang infrastruktur serta sarana-prasarana yang strategis dan monumental,” ujar Prof. Damriyasa, Senin (6/9).
Hal serupa disampaikan Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet ”Ratu menilai secara obyektif, kinerja Pak Gubernur Koster dan Wagub Pak Cok Ardana Sukawati sudah luar biasa dan fundamental,” ujarnya. Kinerja terbaik meliputi lahirnya puluhan peraturan dan juga pembangunan infrastruktur monumental.
Pandemi, menurut Bendesa Agung sedikit mempengaruhi kinerja terutama terkait program-program yang sebelumnya telah dicanangkan. Namun dalam situasi pandemi saja, kinerja sudah sangat luar biasa.”Ratu bayangkan kalau tidak ada pandemi, mungkin pencapaiannya jauh lebih luar biasa,” puji Bendesa Agung Putra Sukahet.
Melakukan Lobi dan Menerima Kritikan
Indikator pencapaian kinerja pembangunan fisik ditandai keberhasilan mewujudkan infrastruktur senilai lebih dari Rp.12 Triliun. Hal ini menurut Bendesa Agung Majelis Desa Adat (MDA) Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet menjadi penanda bahwa hanya Gubernur Koster yang sanggup melakukan lobi ke pemerintah pusat. Infrastruktur seperti Short cut Mengwi-Singaraja, Pelabuhan Segitiga, Penataan Besakih dan Pusat Kebudayaan Bali, menurut Bendesa Agung adalah proyek infrastruktur yang mungkin hanya bisa diperjuangkan Gubernur Koster. ”Ratu sendiri kalau jadi Gubernur Bali mungkin tidak akan bisa melakukan apa yang dilakukan Pak Gubernur Koster,” tegas Bendesa Agung Putra Suhahet.
Pembangunan infrastruktur strategis dan monumental tersebut, seperti Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih, Kawasan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung, Jalan Shortcut Singaraja-Mengwitani, Pelabuhan Segitiga Sanur di Denpasar, Sampalan di Nusa Penida, dan Bias Munjul di Nusa Ceningan, Klungkung. Selain itu itu juga pengembangan Pelabuhan Benoa menjadi Bali Maritime Tourism Hub di Denpasar, pengembangan Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Pasar Sukawati Blok A, B, dan C, Gianyar, sungai buatan (normaliasi) Tukad Unda di Kawasan Pusat Kebudayaan Bali, serta pembangunan bendungan untuk penyediaan air bersih.M
Dalam pandangan Rektor Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S. , bahwa Kawasan Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung, selain menjadi Destinasi Pariwisata Baru juga merupakan wahana untuk edukasi, menggali, mengkaji, dan mengembangkan warisan budaya Bali termasuk adat, tradisi, seni serta kearifan lokal Bali. Oleh karena itu, diperlukan peran sektor Pendidikan terutama Perguruan Tinggi untuk ikut berkontribusi sekaligus dapat menggali dan mengembangkan serta menjadikan keunggulan bagi Perguruan Tinggi di Bali.
“Kami sangat mengapresiasi perhatian Bapak Gubernur terhadap pengembangan Pendidikan di Bali dengan diselesaikan beberapa Gedung SMA maupun SMK di Kabupaten/Kota di Bali, serta sedang dirancangnya sistem pembelajaran Hybrid dengan memadukan proses pembelajaran daring dan luring, dalam mewujudkan sistem pembelajaran yang efektif dan efisien,” tandas Prof. Damriyasa.
Bendesa Agung Putra Sukahet memberi soroton khusus pada pembangunan Gedung MDA Provinsi termasuk di sembilan kabupaten dan kota di Bali. Hal ini merupakan hal yang baru bisa diwujudkan di era kepemimpinan Gubernur Koster. Sejak lama, kantor MDA, dulu MUDP, hanya menempati pojok gedung Dinas Kebudayaan Bali. ”baru di Era Gubernur Koster, MDA memiliki gedung sendiri dan megah, Dananyapun dari CSR bukan APBD,” ujarnya lagi.
Bendesa Agung Putra Sukahet mengakui bahwa tentu masih ada kekurangan-kekurangan dan itu merupakan hal yang wajar. “Tan hana wong swasti anulus, tak ada manusia yang sempurna,” ujarnya. Karena itulah tentu kritikan dari masyarakat yang sudah diterima dengan lapang dada oleh Gubernur Koster menjadi hal yang baik.
Di sisa kepemimpinannya, diharapkan Gubernur Koster dan Wagub Cok Ace untuk memantapkan dan mengimplementasikan berbagai peraturan yang telah ditetapkan. Sejumlah peraturan penting telah dihasilkan dan perlu komitmen bersama untuk mewujudkannya demi menuju Bali Era baru. (kmb/balipost)