Pengunjung memindai kode batang (QR Code) melalui aplikasi PeduliLindungi di Pintu Gerbang Utama Timur, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Selasa (14/9/2021). Taman Impian Jaya Ancol menjadi salah satu dari 20 destinasi wisata yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai lokasi uji coba tahap awal penerapan aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat masuk tempat wisata di masa PPKM. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Indonesia baru saja melewati second wave atau gelombang kedua pandemi COVID-19 pada Juli lalu. Namun, kewaspadaan terhadap pandemi diminta tak boleh kendor.

Sebab, menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, Selasa (14/9) dalam rilis diterima, perkembangan kasus dunia sedang mengalami third wave atau gelombang ketiga yang kurvanya perlahan melandai. “Tugas besar kita sekarang mempertahankan kurva yang tengah melandai ini. Terdapat 2 pelajaran utama menjadi catatan kita,” kata Wiku.

Lebih lanjut, hal pertama yang dimaksud ialah dengan sungguh-sungguh menjaga protokol kesehatan seiring pembukaan aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Bila mempelajari perkembangan varian delta yang terbukti lebih cepat menular baik di negara asalnya India dan Indonesia, menunjukkan butuh waktu di kedua negara untuk mencapai fase lonjakan.

Di India, varian delta muncul sejak September 2020, namun lonjakan terjadi pada April 2021. Sementara di Indonesia varian delta ditemukan pada Januari 2021, namun lonjakan terjadi pada Juli 2021. Ini menandakan bahwa lonjakan kasus terjadi bukan semata-mata karena varian Delta, tetapi akibat aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang tidak diimbangi dengan prokes ketat.

Baca juga:  Di Markas Besar PBB, Menpora Bicara Pentingnya Peran Pemuda

“Apabila kita mampu membatasi aktivitas sosial ekonomi, maka dampak dari varian tidak akan melonjak signifikan,” jelasnya.

Kedua, dengan melihat pola lonjakan di Indonesia yang berselang 3 bulan dari dunia serta negara lain  seperti India, Malaysia dan Jepang, maka sikap waspada dan disiplin protokol kesehatan diharuskan agar tidak menyusul negara lain mengalami third wave.

“Kita dapat belajar dari India mengingat kasusnya melandai dalam beberapa bulan terakhir,” lanjut Wiku.

Disamping itu, Wiku memaparkan hasil pembelajaran terhadap periode lonjakan yang terjadi di masa pandemi COVID-19. Di dunia sejauh ini telah mengalami 3 puncak di tahun 2021. Masing-masing terjadi pada bulan Januari (pertama), April (kedua) dan Agustus – September (ketiga).

Negara penyumbang total kasus positif terbanyak di dunia, Amerika Serikat saat ini tengah mengalami third wave dan kurvanya perlahan melandai. Pola kenaikan kasus di Amerika Serikat, mirip pola kenaikan kasus dunia. Terutama pada kenaikan bulan Januari dan September di tahun 2021.

Baca juga:  Panglima TNI Ditolak Masuki Wilayah AS, KBRI AS Kirim Nota Diplomatik

Terdapat sedikit perbedaan yang terjadi pada bulan April 2021, kasus COVID-19 dunia melonjak dan Amerika Serikat malah menurun. Jepang dan Malaysia memiliki pola kenaikan kasus serupa dengan dunia dimana terjadi kenaikan 3 kali lonjakan kasus pada Januari, April dan Agustus -September. Jepang sudah menurun, namun Malaysia masih berada di puncak ketiga.

Perkembangan kasus yang paling berbeda dengan negara-negara lainnya adalah di India yang mengalami lonjakan kasus pertama pada September 2020. Dimana negara lain belum mengalami lonjakan pertama. Namun, pada tahun 2021 dimana negara lain mengalami puncak, India malah menurun dan mengalami puncak pada April 2021, dan lonjakan signifikan dan menjadi penyumbang kasus tertinggi di dunia.

Namun, puncak kedua terus mengalami penurunan dan saat ini kurva kasusnya mendatar selama 2,5 bulan berturut-turut. Cukup berbeda dibandingkan dunia dan negara lain yang tengah mengalami kenaikan kasus.

Melihat pola Indonesia, mengalami periode puncak kasus sama dengan periode dunia, AS dan Jepang, yaitu pada Januari 2021. Namun uniknya, ketika dunia mengalami puncak kedua pada April, Indonesia mengalami pelandaian. Ketika Indonesia mengalami puncak kedua di Juli lalu, justru negara-negara lain dan dunia tidak mengalami kenaikan.

Baca juga:  Kasus Dugaan Penimbunan Pesisir, Bendesa Tanjung Benoa Ditetapkan Tersangka

Dan pada September ini kasus Indonesia terus melandai sementara kasus dunia mengalami third wave. Lonjakan kedua di Indonesia pada Juni – Juli lalu, menunjukkan bahwa meskipun Indonesia mengalami kenaikan kasus yang signifikan, namun tidak cukup signifikan berkontribusi untuk kenaikan kasus dunia.

Lonjakan kasus di Indonesia segera ditangani, sehingga dapat kembali melandai saat ini, dimana negara lain menunjukkan lonjakan ketiga. Ditambah lagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang mirip AS, ternyata Indonesia jauh lebih kecil angkanya pada kasus positif harian dan jumlah kasus per 1 juta penduduk. Bahkan Jumlah tersebut masih lebih kecil dibandingkan negara tetangga dengan Jumlah penduduk lebih kecil.

“Perkembangan yang baik ini sudah sepatutnya diapresiasi. Karena menunjukkan ketahanan bangsa kita dalam menghadapi pandemi COVID-19. Saya Berterimakasih kepada masyarakat tenaga kesehatan yang tidak kenal lelah menangani pasien Dan kerjasama yang baik seluruh kepala daerah,” pungkas Wiku. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *