Ilustrasi. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali dalam sepekan ke depan (14-20 September) menjalani PPKM Level 3. Bahkan dalam evaluasi mingguannya, Senin (13/9), Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut B. Pandjaitan, mengatakan bahwa pemerintah pusat akan mempertimbangkan Bali sebagai gerbang masuknya pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

Saat itu, Luhut mengatakan jika kondisi penanganan COVID-19 di Bali terus membaik dalam satu hingga dua minggu ke depan, Bali akan dipertimbangkan menjadi pintu masuk PPLN yang kini syaratnya makin diperketat. Untuk saat ini, PPLN hanya boleh masuk lewat Bandara Soekarto-Hatta, Cengkareng, dan Bandara Sam Ratulangi, Manado. “Sedangkan Bali, akan kita pertimbangkan untuk bisa jalan. Kita lihat dalam satu dua minggu ke depan,” kata Luhut dalam keterangan yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Baca juga:  Seorang WNI Digagalkan Berangkat dari Bandara Ngurah Rai, Imigrasi Selidiki Potensi Sindikat Pemalsuan Paspor

Menurut Guru Besar Undiknas, Prof. Gede Sri Darma, Selasa (14/9), Bali harus bersikap waspada dengan tetap memperketat pintu masuknya. Ini, untuk menjaga agar Bali tetap status level 3 bahkan menjadi zona hijau. “Menyikapi rencana-rencana pembukaan Bali jangan jumawa, syukuri saja tapi tetap waspada. Mari sama-sama jaga Bali biar zona hijau, perketat orang luar masuk ke Bali sertai dengan prokes yang ketat, jangan bersikap permisif, demi kita kok,” ujarnya.

Bali dengan populasi hijau cukup besar karena warganya sudah tervaksin dua kali, jangan sampai kebobolan dengan lalai di pintu masuk. Apalagi dengan adanya aplikasi PeduliLindungi akan mampu mendeteksi atau memantau seseorang.

Baca juga:  Diusulkan Dipecat dari PDIP, Begini Reaksi IKD

“Jaga Bali sampai level 1, zona hijau dan tetap memakai masker, karena virus memang ada jangka waktunya sehingga tidak dalam waktu singkat virus hilang. Mungkin sampai 2025, kita akan tetap seperti ini,” ungkapnya.

Ia mengatakan, Bali perlu menjajaki sektor lain di samping pariwisata. Misalnya, peluang ekspor, terutama produk pertanian dengan melihat keunggulan produk Bali. Menurutnya Bali memiliki keunggulan produk ekspor berupa buah-buahan tropis seperti salak, manggis, jeruk Bali, mangga, yang tidak dimiliki negara lain.

Produk inilah, menurutnya, yang mesti diangkat untuk dijadikan komoditi ekspor. Tidak hanya pemasarannya yang digenjot tapi juga kualitasnya, agar buah tropis ini dihargai tinggi oleh negara pengimpor.

Baca juga:  Jumlah Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Turun, Bali Masih di 10 Besar

 

Berbagai pembangunan infrastruktur dilakukan di Bali, seperti pengembangan Pelabuhan Benoa, Penataan Kawasan Pura Besakih, pembangunan Bandara Bali Utara, pembangunan jalan tol Badung-Jembrana, bukan semata-mata untuk kepentingan pariwisata. Pembangunan dilakukan untuk masyarakat Bali sendiri, seperti distribusi bahan pangan, produk UMKM dan korporasi berjalan lancar dan akses ke berbagai wilayah di Bali mudah sehingga pembangunan di Bali semakin merata. “Dengan demikian manfaat dari pembangunan infrastruktur di Bali tidak hanya untuk kepentingan pariwisata tapi yang utama adalah untuk masyarakat Bali,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *