NEGARA, BALIPOST.com – Jumlah Subak di Kabupaten Jembrana setiap tahun mengalami penyusutan. Data terbaru, dalam setahun dari 2019 hingga 2020 ada tiga Subak yang beralih fungsi dipicu tidak adanya air dan perumahan.
Jumlah penyusutan ini kemungkinan bisa saja terjadi lagi di beberapa tahun ke depan. Salah satunya perkembangan pembangunan, jalan Tol yang memungkinkan melewati lahan pertanian.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama melalui Kepala Bidang Pertanian, I Komang Ngurah Arya Kusuma, Jumat (17/9) mengatakan data jumlah Subak di Jembrana 2020 berkurang tiga Subak dan beralih fungsi. Dari sebelumnya 84 subak, saat ini menjadi 81 subak. Ketiganya telah mati, beralih fungsi. Baik itu disebabkan karena kekeringan (tidak ada pasokan air) maupun berganti lahan rumah.
Dari tiga Subak yang mati, dua di Kecamatan Pekutatan dan satu di Kecamatan Negara. “Di Pekutatan memang awalnya sawah tadah hujan, sekarang sudah mati dan beralih untuk perkebunan pisang. Yang di negara alih fungsi ke perumahan,” katanya. Dengan berkurangnya Subak dan lahan yang berkurang, maka juga berdampak pada produksi padi.
Tetapi untuk produktivitas masih tidak berubah. Rerata produktivitas 7,1 ton per hektar. Dan saat ini, luas lahan sawah di Jembrana ada 6.725 hektar.
Dari 81 subak yang masih aktif, diatas 60 persen merupakan sawah tadah hujan. Solusi untuk lahan tetap hidup, dengan sumber air dari sumur bor. Tetapi sumur bor itu sifatnya hanya membantu ketika kekurangan air saat proses tanam. Bukan dari awal menanam, karena akan rugi.
Selain itu menyarankan agar lebih intens di palawija. Terutama Jagung dan Kedelai yang memiliki nilai ekonomis. Tantangan ke depan, alih fungsi lahan subak masih sangat memungkinkan. Apalagi adanya rencana pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi, yang lokasinya di sisi Utara jalan Denpasar-Gilimanuk. Dan beberapa lahan sawah yang terkena jalur utama Jalan Tol.