I Ketut Ada. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Satuan pendidikan di Bali tampaknya sudah siap melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) COVID-19 secara ketat. Salah satunya, SMAN 1 Kintamani, Bangli.

‘’Kami sesungguhnya telah siap melaksanakan PTM terbatas. Kami sudah melengkapi sarana dan prasarana penunjang prokes dalam pelaksanaan PTM, seperti alat cuci tangan, hand sanitizer dan alat pengukur suhu tubuh. Kini ketika PPKM Bali sudah turun ke level III dan telah memungkinkan pelaksanaan PTM, tentu kami menunggu petunjuk dari pemerintah daerah, dalam hal ini Kadis Pendidikan, kapan pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan,’’ ujar Kepala SMAN 1 Kintamani I Ketut Ada, Jumat (17/9).

Demikian juga persyaratan PTM berupa surat pernyataan atau izin dari orangtua siswa, sekolah akan menyiapkan hal itu. Agar sekolah tidak menjadi klaster penyebaran COVID-19, pihak sekolah akan menyiapkan daftar periksa siswa.

Baca juga:  Permodalan Warung Kecil, Pelaku UMKM Diajak Pasarkan Produk di Alfamart

Di pintu masuk sekolah, satpam akan memeriksa apakah siswa sudah memakai masker, kemudian mengukur suhu tubuh dengan termogun. Jika suhunya tinggi dan disertai sakit, siswa bersangkutan akan dipulangkan.

Demikian juga jam pelajaran dirancang 1,5 jam dan berlangsung tiga sesi. Sesi pertama mulai pukul 07.30 sampai 09.00. Sesi kedua dari pukul 10.00 sampai 11.30 dan sesi ketiga dari pukul 12.00 hingga 13.30 Wita. Langkah ini dirancang untuk menghindari kerumunan. “Memulai pembelajaran, siswa hadir dengan memakai masker. Sebelum dan sesudah pembelajaran, siswa harus cuci tangan. Mengindari kerumunan, kantin sekolah tidak dibuka,” katanya.

Baca juga:  Tingkatkan Critical Skill, Menteri PPPA Tekankan Pentingnya Gerakan Literasi

I Ketut Ada memahami bahwa ada kejenuhan siswa dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama ini. Namun, PJJ adalah solusi terbaik saat pandemi agar warga sekolah tidak terpapar virus Corona. Memang, dalam pelaksanaan PJJ, ada kendala yang dihadapi siswa, terutama yang bertempat tinggal di daerah terpencil atau di balik bukit.

Mereka kesulitan mengakses pembelajaran via zoom, karena blank spot. Ada juga karena tidak memiliki paket internet. Memang sebenarnya semua siswa mendapat bantuan paket internet dari kementerian.

Tetapi karena HP-nya rusak atau ganti HP, tentu tidak mendapat kiriman kuota internet lagi. Tetapi sekolah, melalui dana BOS akan membantu mereka yang tak mendapat bantuan paket internet.

Baca juga:  Dari Korban Ternyata Pelakunya hingga Karantina Wisman di Bali

Hambatan lainnya dalam PJJ, yakni motivasi belajar siswa ada yang berkurang. Bahkan, ada siswa yang jarang mengikuti pembelajaran dan menyetor tugas. Terhadap siswa yang bermasalah dan motivasi belajarnya berkurang, sekolah melakukan penanganan khusus dengan melibatkan guru BK, guru wali dan wali murid.

Dalam konteks ini, komunikasi dibangun secara intens melalui penerapan konsep “sadhu wirasa,” agar siswa kembali termotivasi belajar. SMAN 1 Kintamani menginisiasi konsep “sadhu wirasa” ini untuk memecahkan persoalan dalam proses belajar mengajar.

“Konsep sadhu wirasa yang kami terapkan, cukup efektif menjaga motivasi belajar siswa. Demikian juga dalam masa pademi COVID-19 ini diharapkan melalui sadhu wirasa, motivasi siswa tetap terjaga,” pungkasnya. (Subrata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *