DENPASAR, BALIPOST.com -Transformasi dari pariwisata ke pertanian menjadi langkah Bali untuk tak terlalu tergantung pada satu sektor. Salah satu solusi ditawarkan adalah optimalisasi supply chain dengan memprioritaskan produk unggulan Bali untuk go global. Demikian diungkapkan Ketua Umum Ketua Umum Komite Pengusaha Mikro, Kecil, Menengah Indonesia Bersatu (Kopitu), Yoyok Pitoyo.
Produk Bali yang menurutnya prospektif dikembangkan adalah kopi kintamani, porang, dan umbi-umbian. “Di Bali ada kopi Kintamani, dibranding sebagus mungkin, lakukan penetrasi pasar, memiliki cita rasa yang khas karena dekat dengan gunung Batur,” ujarnya belum lama ini.
Komoditi pertanian ini, sebutnya, juga yang menyelamatkan ekonomi Vietnam karena branding kopi Vietnam begitu kuat di berbagai negara. Kopi Vietnam sukses go global. Setelah sukses dengan brandingnya, pengusaha Vietnam diarahkan sebagai entrepreneurship di bidang kopi Vietnam sehingga mereka banyak mebuka kafe di berbagai negara.
Selain branding produk menuju go global, perlu juga kerjasama dan sinergi antara petani, industri, dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan untuk menyediakan market atau demand. “Rendahnya demand menjadi masalah keterlambatan tercapainya target-target kementerian,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, sektor yang relatif stabil di masa pandemi di Bali adalah sektor pertanian dengan kontribusi terhadap PDRB sebesar 15 persen. Dari segi tanaman pangan baik padi, umbi-umbian, kacang-kacangan cenderung aman, tidak terkontraksi.
Begitu juga hortikultura, pertumbuhannya lebih tinggi dari tanaman pangan karena sayuran dapat dikonsumsi langsung. “Tanaman pangan, peternakan, perkebungan kontribusinya mencapai Rp 3 triliun pada PDRB Bali,” ujarnya.
Sektor pertanian secara luas juga dapat memberikan dampak yang signifikan pada perekonomian jika dimaintenance dengan baik. Seperti jeruk Kintamani, kopi Kintamani, sayuran asal Tabanan adalah potensi untuk Bali restart, menyambut pemulihan pascapandemi agar ekonomi Bali tumbuh seimbang.
“Pilihlah komoditas yang bisa naik kelas. Kalau mau kembangkan padi, kembangkan padi lokal yang memiliki kekhasan. Begitu juga umbi-umbian jika ingin naik kelas maka kembangkan umbi yang berkualitas agar bisa masuk restoran begitu juga sayuran,” sarannya. (Citta Maya/balipost)