Oleh Dewa Gde Satrya
Prestasi Indonesia sebagai negara paling santai di dunia menurut lastminute.com di masa pandemi ini perlu ditangkap sebagai peluang untuk memperkuat digitalisasi di pemasaran pariwisata Indonesia. Agar, kelak ketika perjalanan lintas negara dibuka, Indonesia menjadi pilihan utama wisatawan mancanegara (wisman).
Rintisan digitalisasi pariwisata dilakukan semasa
kepemimpinan Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Teknologi digital pada pariwisata digunakan
untuk memudahkan wisatawan dalam melakukan seamless customer experience dalam mencari (look), memesan (book), dan membayar (pay)
layanan wisata. Dengan ini, muncul tren sharing
economy di sektor pariwisata (Kompas.com,
31/07/2018).
Bahkan, lanjut Menpar saat itu, bisnis berbagi ini sangat berdampak pada pariwisata, dari sisi informasi 90 persen, akomodasi 89 persen, dan transportasi 88 persen. Hal ini tentu sangat penting untuk pariwisata Indonesia yang tumbuh 22 persen pertumbuhan wisatawan, tiga kali lebih tinggi dari pasar regional dan global.
Pernyataan tersebut merupakan salah satu dari tiga program prioritas Kemenpar yang diimplentasikan sejak 2017 yakni, digital tourism, homestay (pondok wisata), dan konektivitas udara.Program digital tourism beberapa tahun lalu dimulai dengan meluncurkan ITX (Indonesia Tourism Exchange) yang merupakan digital marketplace platform dalam ekosistem pariwisata atau pasar digital yang mempertemukan buyers dan sellers di mana nantinya semua travel agent, akomodasi, atraksi dikumpulkan untuk dapat bertransaksi.
Menpar menyatakan program itu sudah operasional 100% pada triwulan II/2017 dan semua industri pariwisata sudah go digital (kemenpar.go.id). Selain itu juga telah diluncurkan War Room M-17 di Gedung Sapta Pesona, kantor Kemenpar, sebagai pusat pemantauan berbasis teknologi digital.
Nuansa digitalisasi industri pariwisata, utamanya kinerja pemasaran, semakin massif di kepemimpinan Menpar Arif Yahya. Berbagai kegiatan seperti mobile apps, digital campaign, interactive campaign, viralmarketing (facebook) twitter, youtube, blog) semakin terasa denyutnya.
Promosi digital mempunyai pengaruh yang kuat serta memiliki jangkauannya luas serta cepat dapat direalisasikan dengan anggaran yang relatif murah. Salah satu kelemahan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global adalah buruknya infrastruktur ICT (information and communication technology).
Karena itu, platform digital tourism hub perlu dibangun untuk mengintegrasikan seluruh ekosistem stakeholder kepariwisataan Indonesia. Sebelumnya,
dalam rangka pengembangan destinasi pariwisata dan memenuhi kebutuhan wisatawan di era digital, Kemenpar juga bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyediakan sarana dan prasarana TIK di sejumlah destinasi pariwisata Indonesia.
Kerja sama meliputi penyediaan data dan informasi, pendampingan dan pengembangan sumber daya manusia, penyediaan sarana dan prasarana pendukung telekomunikasi, serta pemanfaatan akses informasi oleh masyarakat di kawasan destinasi pariwisata.
Salah satu tujuan pengembangan platform digital tourism hub maupun pemerkuatan TIK di 16 kawasan strategis pariwisata nasional dan 113 desa adalah, destinasi wisata di Indonesia akan mudah mempromosikan diri dan membuka akses
reservasi sesuai dengan kebutuhan wisatawan.
Platform digital tourism hub selayaknya mengelola ‘gerakan kolektif’ yang dilakukan kalangan blogger untuk mengarahkan segenap ide dan gagasan untuk mempromosikan kepariwisataan berbagai daerah di Tanah Air.
Singkatnya, komunitas blogger perlu semakin diakui eksistensinya sebagai marketer handal dan agresif yang mendongkrak image maupun menggerakkan pergerakan wisatawan di dalam negeri. Lewat posting narasi cerita, foto maupun video tentang destinasi wisata suatu daerah, jelas membantu mempromosikan kepariwisataan dalam negeri yang sangat mustahil jika mengandalkan tugas dan anggaran promosi hanya dari pemerintah.
Dalam kaitannya dengan kinerja kepariwisataan dalam negeri, yang sekurangnya mengandalkan kinerja utama pada 4 ukuran (devisa, tingkat kunjungan wisatawan, pengeluaran wisatawan dan lama tinggal), setelah pandemi Covid-19 berlalu, blogger berperan strategis melakukan percepatan pergerakan wisatawan di berbagai penjuru Nusantara dan meningkatkan daya tarik kunjungan wisman.
Dengan demikian, digitalisasi diharapkan akan memulihkan pariwisata Indonesia di kancah global sebagai destinasi paling santai di dunia setelah pandemi.
Penulis Dosen Hotel & Tourism Business, Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya