SEMARAPURA, BALIPOST.com – Banjir parah di permukiman warga Desa Kusamba terjadi minggu lalu. Ratusan rumah warga terendam karena meluapnya Sungai Candigara.
Penyebab dari banjir yang terparah ini masih belum dipastikan. Namun, sejumlah warga menduga penyebab banjir ini karena adanya penutupan sebagian alur Tukad Unda saat pengerjaan proyek normalisasi.
Anggota DPRD Provinsi Bali Ketut Juliarta, saat dihubungi Senin (20/9), mengatakan banjir parah seperti ini memang jarang terjadi, walau hujan lebat. Peristiwa tersebut saat itu membuat warga panik menyelamatkan diri.
Ia mengakui ada beberapa warga curiga dengan aktivitas proyek normalisasi yang sedang berlangsung. Warga curiga saat proyek besar ini sedang berjalan, alur Tukad Unda ditutup sebagian untuk memudahkan pekerjaan dan antisipasi hujan lebat.
Namun, hal ini malah berakibat fatal kepada warga di Kusamba. Air Tukad Unda yang seharusnya sepenuhnya ke hilir, diduga mengalir ke anak sungai lainnya, salah satunya ke Sungai Candigara.
“Saat saya turun Minggu malam, memang ada beberapa warga menyampaikan itu. Makanya, saya minta provinsi dan kabupaten, menelusuri lebih jauh penyebab utamanya. Jangan sampai kejadian banjir parah serupa selalu terulang ketika terjadi hujan lebat. Kasihan warga harus mengungsi karena takut. Terutama warga yang lansia,” kata politisi muda asal Desa Gunaksa, Klungkung ini.
Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak BWS Bali Penida, karena alur Sungai Candigara masih menjadi tanggung jawab BWS. Juliarta mendorong agar persoalan ini ditangani sampai tuntas.
Di pihak lain, Kepala Dinas PU Klungkung I Made Jati Laksana, saat dihubungi Senin (20/9) mengatakan sesuai instruksi Bupati Klungkung, pihaknya sudah menurunkan tim menelusuri penyebab utama banjir. Hasil sementara, timnya melihat Sungai Candigara ini memang muara terakhir dari sungai-sungai kecil dan air yang tidak terpakai dari lahan pertanian sekitar.
Sehingga saat hujan lebat, semua mengalir ke sungai ini dan menimbulkan banjir. Kedua, timnya juga menemukan hilir sungai yang mengalir langsung ke laut (campuhan), sedang tertutup pasir karena saat itu laut sedang pasang.
Akibatnya, aliran sungai terhalang dan akhirnya naik hingga ke hulu. Terjadilah banjir.
Mengenai dugaan warga, menurutnya ini perlu ditelusuri lebih lanjut. “Sejauh ini kami belum menemukan penyebab itu dari hasil penelusuran kami. Tetapi, kami akan pastikan dulu, turun sekali lagi bersama-sama dengan BWS,” kata Jati. (Bagiarta/balipost)