DENPASAR, BALIPOST.com – Petarung Dewa Komang Tri Darma Putra (61,1-64 kg), merebut emas di ajang Pra PON. Padahal, ajang kejurnas sekaligus Pra PON merupakan laga pertama kali bagi Dewa Komang untuk event level nasional.
Petarung yang akrab disapa Deko ini, selama TC senantiasa mengamati gaya bertarung calon lawan, termasuk menganalisis dan mengevaluasi tipikal permainannya. “Terkadang kalau ada jurus atau gerakan yang kurang tepat, maka pelatih yang membenahinya,” terang petarung kelahiran Gianyar, 26 Februari 1995 ini.
Apalagi, lanjut dia, instruksi pelatih jika bertarung, maka harus memiliki prinsip lebih cepat lebih baik. “Saya pun siap mewujudkannya di atas matras,” ucapnya, di Denpasar, Rabu (22/9). Ia menceritakan, selama Pra PON melakoni laga tiga kali di babak penyisihan, kemudian di semifinal dan final. “Jadi, saya harus melakoni laga lima kali untuk merebut emas,” tuturnya.
Ia menekuni tarung derajat ini sejak 7 tahun lalu, persisnya saat pendirian Satlat Garuda Ubud. “Awalnya, saya hanya iseng, sebab hobi saya memang olahraga,” kenangnya. Tak disangka, justru tarung derajat mengantarkan Deko merebut medali emas, pada Porprov Bali di Gianyar 2017, dan di Tabanan 2019. “Sebelumnya, saya berolahraga di Desa Bedulu main sepak bola, voli, dan futsal,” ujar warga Marga Bingung, Bedulu ini.
Deko serius dan fokus menghadapi PON Papua ini. Terbukti, dirinya rela resain dari tempat kerjanya di hotel kawasan Ubud, sejak Agustus 2019. “Sebulan menjelang Porprov di Tabanan, saya keluar dari kerja dan sampai sekarang belum mendapat pekerjaan,” kata dia.
Bahkan, menurut dia, pasca Porprov Tabanan, dirinya konsentrasi menghadapi Pra PON, hingga PON di Papua. “Saya targetkan medali emas, dan bekerja di kantoran, sebab kerja di sektor wisata terbentur jadwal latihan,” bebernya. (Daniel Fajry/balipost)