RSUP Sanglah melakukan kremasi jenazah terlantar, Kamis (23/9). (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Puluhan jenazah terlantar dikremasi oleg RSUP Sanglah, Kamis (23/9). Ini, merupayakan upaya meningkatkan daya tampung kamar jenazah.

Kremasi dilakukan di Mumbul, Nusa Dua. Total, ada 25 jenazah, baik itu orok, sampai jenazah tanpa identitas.

Ditemui di lokasi kremasi, Kasubag Humas RSUP Sanglah, Dewa Kresna mengatakan, kremasi yang rutin dilakukan setiap tahun ini, khusus untuk jenazah yang terlantar. Dalam artian, jenazah terlantar ini berasal dari penitipan oleh kepolisian, Dinas Sosial, jenazah yang memang diserahkan keluarga seperti, potongan tubuh atau orok.

Selain itu, jenazah-jenazah ini juga memang sudah tidak mempunyai masalah di kepolisian. Sehingga dengan surat itu, jenazah ini bisa dikremasi.

Baca juga:  H-1 Lebaran, Bali Laporkan Tambahan Korban Jiwa COVID-19

Lebih lanjut, kata Dewa Kresna, untuk jenazah tertua atau terlama tersimpan di kamar Jenazah RSUP Sanglah, yakni sejak Februari 2019. Kremasi untuk total 25 jenazah ini, dilakukan selama dua hari.

Pada hari pertama total sebanyak 5 peti dan hari kedua sebanyak 4 peti. “Total keseluruhan untuk tahun ini sebanyak 25 jenazah. Tahun ini lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Pihaknya mengatakan, jumlah tahun ini memang lebih sedikit, karena selama ini, pihak RSUP Sanglah, banyak terbantu dengan adanya komunitas-komunitas yang ada di Bali. Mereka, kata dia, banyak membantu untuk pemakaman maupun kremasi. “Belakangan ini, sudah semakin banyak dari komunitas yang memberikan kontribusi untuk prosesi pemakaman. Terutama jenazah-jenazah yang sudah teridentifikasi beragama islam, itu dari MUI benar-benar mengambil inisiatif untuk melakukan prosesi pemakaman,” ucapnya.

Baca juga:  Operasi Keselamatan Agung, Tertibkan WNA Langgar Lalin

Ke depan, pihaknya berharap lebih banyak lagi komunitas-komunitas yang bisa membantu dalam menangani jenazah-jenazah terlantar ini. Sehingga mereka bisa teridentifikasi dan bisa dilakukan prosesi atau penghormatan terakhir sesuai agama yang mereka anut.

Untuk yang dikremasi ini, diakuinya tidak semua tanpa identitas. Ada juga yang diserahkan oleh pihak keluarga. “Jenazahnya tidak semua tanpa identitas, tapi ada juga pihak keluarga yang sudah menyerahkan,” ucapnya.

Baca juga:  Paguyuban Transportasi Sampan Protes Wahana Air di Teluk Gilimanuk

Upacara yang dilakukan jika secara Bali disebut mekingsan di geni. Sarana upakaranya sama dengan upacara tingkat pengabenan di Bali tapi sederhana.

Dari nyiramang, pemandian mayat, dan tingkatan upacara ngringkes, nyiramang dengan tirta pembersihan dan peringkesan. Setelah upacara ngeringkes lanjut upacara ngaturang saji, untuk mereka yang meninggal tanpa keluarga ini diberikan sodan putih kuning, dan nasi agem bubuh pirata.

“Sehabis itu, lanjut kita lakukan berangkat ke pembakaran atau kremasi sebelum dikremasi dipercikan tirta kembali,” jelasnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *