SINGARAJA, BALIPOST. com – Koordinator Staf Khusus Presiden RI, Dr. AAGN Ari Dwipayana, S.IP.,M.Si berharap pembangunan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja kedepan menerapkan konsep green, art dan smart (GAS).
“STAHN Mpu Kuturan harus memiliki konsep yang kuat. Membangun gedung bukanlah hal yang susah. Menjaga “soul” dan spirit juga sangat penting dan signifikan,” kata Ari Dwipayana dihadapan sejumlah dosen dan civitas akademika STAHN Mpu Kuturan, Kamis, (23/9).
Ari berharap bahwa setiap orang yang datang ke kampus agar mendapatkan kesan pertama, yakni kampus hijau atau green campus. “Kedepan, isu green dan isu ekologi akan menjadi isu global. Apalagi konsep ‘Sad Kertih’ yang jiwanya sebenarnya menjaga alam dan ekosistemnya, paparnya.
Ari Dwipayana yang juga Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud juga berharap STAHN Mpu Kuturan Singaraja mampu mengangkat karya seni Bali Utara sebagai salah satu bagian dari art (seni) yang menjadi salah satu penciri Pulau Dewata. Mulai dari arsitektur, ukiran, dan seni-budaya. Perguruan Tinggi seharusnya mampu mengangkat eksistensi seni Bali Utara.
Selanjutnya, Ari juga berharap agar STAHN mengarah pada konsep “education tecnology”. “STAHN harus mulai melirik ‘smart campus’. Bukan hanya internet saja. Tetapi juga bidang administrasi (e-registration), pembayaran (e-transaction) dan juga tentunya dalam ranah pendidikan (e-learning),” ujar dia.
Pihaknya juga menyinggung salah satu keunggulan kampus muda adalah mampu lebih awal untuk adaptif. Beda dengan kampus lama yang membutuhkan peremajaan dan penyesuaian diri. “Disitu keunggulan Mpu Kuturan Singaraja mampu menjadi peluang kedepan guna menata manajemen dan tata kelola yang lebih baik sehingga mampu bersaing, ” Katanya.
Bukan hanya itu saja, kampus juga harus membangun branding kedepan. Tetapi tidak berhenti disitu. Kampus harus mampu menjadi solusi di tengah berbagai permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Kemegahan STAHN Mpu Kuturan itu bisa disumbangkan dan dikontribusikan dalam pembangunan peradaban dan kebudayaan Bali.
“Hilirisasi research dan pengabdian masyarakat harus didorong untuk memberikan solusi pada persoalan dalam masyarakat. Dosen muda bukan hanya sibuk “akrobatik akademik” saja. Tetapi, mengajak anak muda untuk berbuat untuk masyarakat. Bisa kedepan diarahkan ke sosio-entrprenuership,” papar Ari.
Secara umum, Ari juga Sekjen Alumni Universitas Gadjah Mada itu juga berpesan agar STAHN harus mengambil spirit Mpu Kuturan yang telah menjadi sosok penting dalam sejarah peradaban Hindu dan juga simpul penting menjaga keberagamaan di Pulau Dewata. Pesan dan spirit Mpu Kuturan harus tetap hidup sepanjang zaman.
STAHN Mpu Kuturan Singaraja dapat merancang festival akademik semacam simposium hasil research di bali utara mengundang pakar dan praktisi dengan mengambil tema-tema yang digaungkan oleh Mpu Kuturan.
“Perguruan tinggi saya harapkan dapat menyelenggarakan kegiatan tersebut. Saya merindukan yang dulu pernah dilaksanakan yakni “Society Balinesse Studies” yang kini sudah tidak dilaksanakan lagi. Dengan hal tersebut. Spirit Mpu Kuturan dapat diturunkan menjadi kultur akademik,” demikian Ari Dwipayana. (Kmb/Balipost)