DENPASAR, BALIPOST.com – Catur putri Bali hanya meloloskan beregu putri dan perorangan putra. Beregu putri bermaterikan Woman FIDE Master (WFM) Kadek Iin Dwijayanti, MNW Gracelia Paramesthi Samekto, dan Kadek Alit Puspayanti. Sedangkan, putra hanya meloloskan MN Octo Dami.
Iin Dwijayanti, di Denpasar, Jumat (24/9) menerangkan, dirinya bersama dua rekannya turun di nomor beregu klasik, cepat dan kilat. “Kami mengandalkan beregu kilat dan cepat,” ungkap pecatur kelahiran Buleleng, 11 September 1987 ini.
Soalnya, kata ibu 3 anak ini, untuk nomor klasik biasanya didominasi pecatur Jawa, yang berpengalaman dan memiliki jam terbang tinggi, yang ditopang teknik mumpuni. “Saya perkirakan pecatur DKI dan Jabar yang mendominasi di nomor klasik,” sebut Iin.
Ia mengakui, untuk perebutan medali PON sangat susah, karena olahraga asah otak ini membutuhkan konsentrasi tinggi, yang didukung faktor psikologi. “Saya sendiri mengakui, susah merebut medali PON, bukan hanya faktor psikis, tetapi tuan rumah dan keberuntungan juga sangat mempengaruhi,” ujar Iin yang enam kali berlaga di PON ini.
Iin justru mampu menyumbang medali di nomor klasik, pada PON di Surabaya 2000 silam. “Saya ikut PON enam kali, tetapi baru sekali mendapat medali perak, justru ketika saya duduk di bangku kelas V SD,” terang Alumnus SD 347 Bandar Jawa, Singaraja ini.
Menghadapi PON Papua ini, Iin menilai beregu putri cukup solid. Apalagi, mereka sama-sama membela Badung di ajang Porprov. “Saya kira persiapan sudah matang, dan tinggal bertanding,” jelasnya.
Pada bagian lain, pelatih Sebastian Simanjuntak, mengemukakan, merebut medali PON memang susah dibandingkan turnamen. Ia memberikan materi teknik permainan, plus pola permainan calon lawan yang dihadapi. “Kami mempelajari gaya permainan lawan dari langkah-langkah buah catur di medsos,” tuturnya. (Daniel Fajry/Balipost)