JAKARTA, BALIPOST.com – Pemerintah sudah responsif mencegah gelombang ketiga COVID-19. Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan mengatakan hal itu, Minggu (26/9).
Hal ini terlihat dari upaya pemerintah membuat beberapa kebijakan seperti memperketat akses masuk dari negara lain, mengakselerasi vaksinasi, dan meningkatkan layanan kesehatan. “Sudah cukup responsif,” kata Iwan Ariawan, dikutip dari kantor berita Antara.
Menurut Iwan, potensi gelombang ketiga terjadi jika mobilitas yang tinggi saat liburan tidak diikuti dengan protokol kesehatan, 3T, dan cakupan vaksinasi yang luas. “Jika ada varian baru yang lebih menular, lebih tinggi lagi risikonya,” ucapnya.
Iwan menilai harus ada komunikasi yang baik tentang risiko tertular dan menularkan selama beraktivitas saat libur panjang akhir tahun ini. Sebab saat ini, dia menilai kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan masih kurang. “Pembatasan pergerakan antarprovinsi dan masuk ke tempat-tempat umum dengan PeduliLindungi (terkait kebijakan yang perlu ditingkatkan untuk mencegah kenaikan kasus COVID-19 di akhir tahun),” kata Iwan.
Sedangkan, Anggota Komisi IX DPR Nurhadi menilai kondisi pandemi di dalam negeri sudah membaik dibanding dua bulan lalu. “Artinya kebijakan pemerintah sudah cukup berjalan efektif dan kasus COVID-19 bisa ditekan,” kata Nurhadi.
Dia mengapresiasi kolaborasi aktif pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dalam hal penegakan aturan, disiplin prokes, dan langkah-langkah kuratif. Menurut dia, setiap momen peningkatan kasus menjadi pelajaran agar lebih hati-hati dan waspada. “Oleh karenanya, kita semua, baik pemerintah dan masyarakat jangan sampai lengah untuk tetap disiplin mematuhi prokes. Kita semua tetap ikhtiar agar segera terbebas dari pandemi,” katanya.
Nurhadi mendukung percepatan vaksinasi tetap menjadi prioritas utama agar tercipta kekebalan komunal (herd immunity) di masyarakat. “Selain tetap patuh dan disiplin protokol kesehatan,” uja dia. (Kmb/Balipost)