BATAM, BALIPOST.com – Sekitar 5-10 persen pekerja migran Indonesia (PMI) yang tiba di Tanah Air melalui Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, terkonfirmasi positif COVID-19. Hal itu dikatakan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Batam.
“Persentasenya 5 hingga 10 hingga persen. Ini jumlah yang banyak,” kata Kepala KKP Batam, Achmad Farchanny di Batam, dikutip dari Kantor Berita Antara, Minggu (26/9).
Ia menjelaskan setiap PMI yang pulang ke Tanah Air wajib menjalani dua kali tes usap PCR di Batam. Yang pertama saat tiba di pelabuhan, dan yang kedua pada hari ketujuh karantina.
Berdasarkan data pihaknya, jumlah PMI yang positif COVID-19 relatif bertambah dalam pemeriksaan tes usap PCR kedua. Hal ini karena kemungkinan terjadi penularan saat PMI dikarantina. “Jumlahnya relatif bertambah,” katanya.
Usai pengambilan sampel tes usap PCR, kata dia, seluruh PMI menjalani karantina di rumah susun (rusun), sambil menunggu hasil uji laboratorium, di mana ini membutuhkan waktu lebih dari sehari.
Setelah hasilnya keluar, katanya, baru kemudian yang terkonfirmasi positif dievakuasi ke RSKI Pulau Galang dan yang negatif tetap menjalani karantina, untuk kemudian menjalani tes usap COVID-19 kedua pada hari ketujuh.
Iia mengatakan, setiap hasil pemeriksaan tes usap PCR dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan *BTKL) dan RSKI Pulau Galang terbit, sekitar 15-20 orang PMI yang diperiksa terkonfirmasi positif COVID-19. Sedangkan jumlah PMI yang tiba di Tanah Air sekitar 150-170 orang setiap harinya.
Ia menambahkan Kementerian Perhubungan berencana menggunakan tes cepat molekuler (TCM) untuk menggesa hasil pemeriksaan kesehatan PMI dan WNA yang tiba di Tanah Air. Hal ini guna menghindari terjadinya penularan virus saat mereka menjalani karantina, sambil menunggu hasil tes PCR terbit.
Pihaknya masih mempersiapkan penempatan alat itu. Meski menurut dia, pemeriksaan menggunakan TCM masih relatif lama, karena membutuhkan waktu beberapa jam. “Kami harapkan dari pusat ada mesin yang lebih cepat,” demikian Achmad Farchanny. (Kmb/balipost)