Petugas gabungan melakukan operasi penegakan prokes di Jalan Kamboja, Denpasar. Operasi ini rutin dilakukan agar warga Kota Denpasar tetap disiplin melaksanakan prokes di masa pandemi. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penanganan COVID-19 di Bali terus menunjukkan perbaikan. Bahkan, menurut Guru Besar Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, Senin (27/9), Bali sudah layak turun level hingga 1 dari saat ini ada di 3.

Ia mengatakan jumlah kasus sudah menurun tajam, bahkan angka kematian sudah sangat rendah. Bila melihat data itu, Bali, saat ini sudah bisa turun ke level 2, bahkan juga sangat memungkinkan untuk turun ke level 1.

Namun, kata dia, yang menjadi kendala adalah, tracing masih rendah. Dijelaskannya, untuk tingkat positivity rate, atau tingkat testing saat ini mencapai 2,37 persen. Dari angka itu artinya dari jumlah sampel yang masuk, hanya 2,37 orang yang positif. Ini tentu sudah sangat bagus.

Baca juga:  Jaksa Batalkan Banding Vonis Pelaku Penganiayaan

Sementara, untuk angka kematian, dengan data 1,97 per 100 ribu penduduk, menunjukkan angka kematian sudah sangat kecil. Sementara untuk rawat inap di RS juga cukup bagus, hanya 3,56 per 100 ribu penduduk.  Untuk BOR hanya 20 persen, begitu juga kasus konfirmasi juga sudah menurun, meski tracingnya masih kecil.

“Sebenarnya dengan data ini, paling tidak Bali bisa turun ke level 2, bahkan juga sudah memungkinkan untuk level 1. Dalam situasi nasional, Bali masih dianggap level 3, kemungkinan ada indikator lain yang mengakibatkan,” terangnya.

Baca juga:  Bali Wajib Karantina ABK dari Negara Terjangkit COVID-19

Masih menurut Prof. Mahardika, sekarang ini Bali dalam fase memantau efektivitas vaksin. Untuk vaksinasi di Bali yang sudah divaksin 2 kali yakni 75 persen dari target 3,4 juta atau sebanyak 2,5 juta orang.

Ini, kata dia, masih belum cukup untuk melihat efektivitas vaksin sebab belum rampung sampai 3,4 juta sesuai target. “Saat ini yang perlu dipantau adalah efektivitas vaksin. Kalau kembali ada letupan kasus, apakah jumlah orang masuk RS dengan gejala berat dan indikator kematian kecil. Kalau dua itu sudah tidak banyak, artinya vaksinasi yang sudah dilakukan selama ini, sangat efektif,” ucapnya.

Baca juga:  Persoalan Sampah Kian Sulit Dipecahkan

Lebih lanjut, kata dia, pengalaman dari beberapa negara, vaksinasi memang untuk mencegah risiko orang masuk RS dan mencegah atau menurunkan jumlah pasien meninggal. “Tidak apa-apa kasus meningkat, yang jelas jumlah orang yang masuk RS dan jumlah kematian sudah rendah bahkan sudah tidak ada, maka pandemi sudah boleh dikatakan berangsur menurun,” ujarnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *