Surya Sahetapy dari Yayasan Handai Tuli (kiri) saat pelaksanaan webinar, Selasa (28/9). (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Di era teknologi yang sudah sangat maju, kemudahan akses pendidikan untuk kaum tuli masih minim. Hal ini disebabkan perlunya juru bahasa isyarat dan teks bantuan untuk mengakses informasi audio visual.

Menurut Surya Sahetapy dari Yayasan Handai Tuli, survei terbaru dari Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya dan AustraliaIndonesia Disability Research and Advocacy Network (AIDRAN), akses inklusi untuk Tuli belum tersedia banyak pada layanan pendidikan bahkan layanan publik. Sebanyak 64 persen mahasiswa penyandang disabilitas menyatakan bahwa pengajar pada institusi pendidikan tidak menyertakan teks bantuan dalam materi pembelajaran yang diberikan.

Baca juga:  Kasus Baru Hampir 200 Orang! Kumulatif Warga Terpapar COVID-19 di Bali Lampaui 49 Ribu Orang

“Bukan semakin membaik, pada masa pandemi COVID-19 sekarang, pembelajaran online yang sedang mainstream tidak diiringi dengan perbaikan layanan inklusi, baik dari pihak pemerintah maupun sekolah untuk meningkatkan akses kaum tuli,” katanya pada webinar, Selasa (28/9).

Lebih lanjut dikatakan, edukasi digital saat ini masih berfokus pada audio visual sehingga kaum Tuli sulit memahami informasi yang disampaikan. Fenomena ini memunculkan ketimpangan akses informasi dan edukasi bagi kaum Tuli.

Baca juga:  PHDI Bangli Lantik Pengurus Harian Tingkat Kecamatan

“Permasalahan akses kaum Tuli dalam informasi sesungguhnya telah direspons oleh pemerintah melalui Undang Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Namun dalam prakteknya belum sepenuhnya diterapkan oleh stakeholder penyelenggara layanan di Indonesia. Perlu adanya upaya dari setiap stakeholder untuk peningkatan akses kaum Tuli dalam informasi dan edukasi terlebih pada masa pandemi saat ini,” ucapnya.

Saat ini platform informasi, edukasi dan pelatihan berbasis digital untuk Tuli bisa diakses lewat temusetara.com. Temu setara merupakan pionir platform edukasi digital dengan konsep inklusif dan integratif di Indonesia.

Baca juga:  Beijing Tetapkan Regulasi Baru Perketat Pengamanan Eksperimen

Walaupun platform ini dibuat untuk kaum Tuli, kaum dengar juga dapat mengakses platform unik ini. Platform ini diinisiasi oleh DPPU Ngurah Rai yang berkolaborasi dengan Pusbisindo, Bali Deaf Community dan Bumi Setara sebagai kontributor video inklusi. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *