DENPASAR, BALIPOST.com – Pasien COVID-19 yang baru sembuh ternyata cukup banyak yang kebingungan apa yang seharusnya dilakukan pascamemperoleh hasil negatif ini. Tak sedikit, masih mengalami gejala sakit, seperti batuk maupun mudah lelah.
Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, dr. Reisa Broto Asmoro, dalam keterangan virtualnya Jumat (1/10), banyak penyintas yang merasakan penasaran setelah dinyatakan sembuh. Ia menyebutkan sampai akhir September 2021, Indonesia memiliki 4.037.024 orang yang sembuh dari COVID-19.
Duta Adaptasi Kebiasaan Baru ini pun menyarankan dua hal bagi penyintas. Pertama, tetap pantau dan bangun kembali kesehatan tubuh sesudah dinyatakan sembuh dari COVID-19. “Banyak makan makanan bergizi, rajin berolahraga, dan tetap taat prokes. Intinya pertahankan pola hidup yang sehat sewaktu masa penyembuhan. Apabila ada gejala, langsung konsultasikan ke dokter karena post COVID memang tidak menyenangkan tapi bisa diobati,” katanya.
Apabila merasakan sesak nafas, mudah lelah, batuk, diare yang masih terjadi setelah sembuh 4 minggu dari COVID-19, perlu diantisipasi sindrom pasca-COVID-19 atau post COVID-19.
Saran kedua, menyangkut vaksinasi. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Surat Edaran HK.02.01/I/2524/2021 tentang Vaksinasi COVID-19 bagi Penyintas yang mengizinkan untuk melakukan vaksinasi lebih cepat. Penyintas minimal sebulan setelah sembuh boleh vaksinasi, syaratnya mereka saat sakit mengalami gejala ringan hingga sedang. Sedangkan untuk penyintas dengan gejala berat bisa memperoleh vaksinasi setelah 3 bulan dinyatakan sembuh.
Ia mengungkapkan perbedaan ini karena ada keperluan untuk pemantauan bagi penyintas bergejala berat. “Seperti yang disebutkan tadi, salah satunya untuk mengamati apakah ada gejala long COVID atau post COVID syndrome yang diderita penyintas,” sebutnya.
Vaksinasi, lanjutnya, bertujuan untuk membuat orang yang sehat makin sehat. Bertujuan untuk menambah perlindungan. “Maka, orang yang divaksinasi harus dalam kondisi yang prima sehingga vaksin bisa diterima dengan baik oleh tubuh,” urainya.
Untuk jenis vaksin, disesuaikan dengan logistik yang tersedia. Ia pun meminta agar tidak perlu memilih-milih vaksin.
Sebab, vaksin yang tersedia di Indonesia sudah terbukti efektif mengatasi kegawatdaruratan dan risiko kematian karena COVID-19. “Vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia buat kita saat giliran kita tiba,” sarannya.
Salah satu penyintas COVID-19, Nita, mengatakan dirinya cukup lama menderita penyakit ini. Untungnya, penyakit yang dideritanya masuk gejala ringan hingga sedang.
Saat mengidap virus Corona ini, kenangnya, meski dirinya sudah merasa sehat namun hasil swab PCR tetap menunjukkan positif. Hingga akhirnya setelah dua bulan, hasil PCR menunjukkan ia sudah negatif COVID-19.
Setelah sekitar 3 bulan, ia pun menjalani vaksinasi. “Saat ini saya baru memperoleh dosis pertama. Nanti, Oktober akan memperoleh dosis kedua,” ungkapnya.
Ia pun berharap dengan vaksinasi, perlindungan terhadap virus ini bisa lebih maksimal. Selain tentunya, tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, dan menjaga jarak serta menjauhi kerumunan. “Juga, rajin berolahraga dan makan makanan yang bergizi sehingga tidak lagi terkena COVID-19,” ujarnya. (Diah Dewi/balipost)