JAYAPURA, BALIPOST.com – Satu-satunya atlet Muaythai Bali di PON, Luh Mas Sri Diana Wati, harus puas meraih medali perak, dalam babak final, di STT Gidi Jayapura, Minggu (3/10) malam. Kondisi ini membuat Luh Mas, demikian dia akrab disapa, merasa shock.
Sebab, kata pelatihnya, Wayan Suwita, selama ini atlet asal Buleleng itu, menghuni pelatas, termasuk berkesempatan berlatih sampai ke Thailand. Bahkan, lanjut Suwita, Luh Mas terbangun tengah malam dan spontan menangis. “Gara-garanya Luh Mas meraih perak, dan medali emas disabet atlet tuan rumah Papua Tiara Lail KM,” tuturnya, Senin (4/10).
Suwita mengakui, penampilan terbaik Luh Mas di nomor kerapian teknik perorangan (waikru) justru di final PON Papua ini. Namun, dirinya memaklumi penilaian subyektif risikonya seperti ini. “Ya…saya dari awal sudah memprediksinya Luh Mas bakal merebut perak,” ungkapnya.
Akan tetapi, lanjut dia, meskipun sudah menerima kenyataan dan harus puas menerima perak, tetapi perasaan tampil terbaik dan layak menjadi juara tak bisa dimungkiri. “Saya katakan yang namanya perasaan tak bisa dimungkiri, dan silakan penonton menilai,” ucapnya.
Suwita sendiri juga tidak tahu, apakah atlet asuhannya bakal dipanggil pelatnas, mengingat akan digelar Kejuaraan Dunia, Desember 2021. “Ke depannya, saya belum tahu apakah ada seleknas lagi bagi atlet calon penghuni pelatnas?” tanya dia.
Yang jelas, di mata Suwita, selama ini Luh Mas masih merajai di nomor waikru untuk level nasional. Terbukti, Luh Mas menyabet emas baik di Pra PON maupun Kejurnas di Kendari 2021. “Selama di Pelatnas, Luh Mas juga ditangani pelatih Thailand,” terangnya.
Akibat ketidakpuasan terhadap keputusan pemenang, tercatat beberapa provinsi juga mengajukan protes untuk cabor Muaythai. (Daniel Fajry/balipost)