Devie Rahmawati. (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Disinformasi atau hoaks makin marak di tengah pandemi COVID-19. Pelibatan generasi muda diharapkan bisa mengentaskan berita maupun informasi bohong ini serta meningkatkan literasi digital masyarakat. Demikian terungkap dalam webinar terkait “JaWAra Internet Sehat: Gerakan Anak Muda Se-Indonesia Melawan Misinformasi dengan Cara Beragam” pada Selasa (5/10).

Dikatakan Devie Rahmawati yang Tenaga Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika, sejak awal pandemi, infodemi dari disinformasi dan hoaks menjadi tantangan besar untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Peredaran disinformasi ini dapat berakibat fatal, seperti membuat orang-orang enggan divaksinasi atau menolak protokol kesehatan.

Ia pun menyebut ada 3 K yang muncul seiring maraknya hoaks ini dan mengguncang ketahanan digital nasional. Yaitu kerusuhan sosial, konflik politik, dan kerugian ekonomi.

Diungkapkanya, dari sisi kerugian ekonomi berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terdapat Rp 114 triliun uang masyarakat hilang karena hoaks seputar ekonomi. “Ini betul-betul mengguncang ketahanan digital nasional,” ujarnya dipantau dari Denpasar.

Baca juga:  Ini, Kronologi Tak Bisa Diaksesnya Facebook, IG, dan WhatsApp

Gerakan Jawara Internet Sehat ini merupakan program pelibatan anak muda yang didukung oleh WhatsApp dan ICT Watch. Sebanyak 60 aktivis muda dari 28 provinsi memimpin lebih dari 100 sesi pelatihan lokal untuk melawan misinformasi selama pandemi dan juga membantu masyarakat dalam meningkatkan keamanan digital dan privasi mereka.

Dalam satu setengah bulan program berjalan, sudah ada 17 ribu masyarakat terpapar literasi digital. Sebab, dalam program ini menggunakan solusi 3 K, yaitu kekuatan kultural karena jawara internet sehat ini menggunakan pendekatan kultural, kedekatan karena berbasis warga maka dengan mudah merangkul publik, dan keunikan sebab memberikan kebebasan untuk masyarakat berimprovasi dalam menjalankan program internet sehat ini.

Ia berharap program ini bisa menular. Pelibatan generasi muda sebagai agen dan ujung tombak untuk menangkal hoaks karena lebih terbuka dan mudah dalam berkomunikasi. Diyakini, para anak muda ini bisa menyosialisasikan literasi digital hingga ke generasi tua.

Baca juga:  Korban Tewas Gempa Ishikawa Capai 100 Orang, Ratusan Belum Ditemukan

Koordinator Program ICT Watch, Indriyatno Banyumurti menambahkan edukasi literasi digital sangat dibutuhkan mengingat pemerintah sudah menyiapkan jaringan internet dari Sabang sampai Merauke. Ia menyebutkan program ini menawarkan solusi dengan memberikan kebebasan bagi peserta untuk meracik sendiri edukasi literasi digital yang ingin disampaikan ke masyarakat sehingga benar-benar mengena dan bisa diaplikasikan.

Sementara itu, Manajer Kebijakan Publik WhatsApp untuk Indonesia, Esther Samboh mengatakan bahwa nilai-nilai dalam Pancasila bisa diaplikasikan ke literasi digital yang diinisiasi. Salah satunya terkait bersatu dalam keberagaman atau Bhineka Tunggal Ika.

Untuk itu, pihaknya bekerjasama dengan generasi muda di seluruh Indonesia untuk melakukan edukasi literasi digital sehingga bisa menarget dengan benar masyarakat di daerahnya. “Sebanyak 60 orang yang terlibat program Jawara Internet Sehat ini sudah mampu menjangkau 17 ribu orang menerima literasi digital dalam 1,5 bulan,” ungkapnya.

Ia pun menyebut selain menjali kemitraan, WA dari sisi produk menghadirkan sejumlah fitur yang bisa digunakan untuk mendeteksi hoaks, seperti pemblokiran dan laporan. “Jadi jika ketemu hoax, tapi tidak ada inisiatif melaporkan dan memblokir maka itu hanya awareness sampai di diri sendiri. Tapi jika dilaporkan dan diblokir, WA bisa membantu dan menangkalnya,” cetusnya.

Baca juga:  Truk Bantuan Korban Gempa dari Pembaca Bali Post Disalurkan lewat Pelabuhan Padangbai

WA, lanjutnya, juga ada kode yang disematkan dalam pesan. Seperti forward label, yang artinya bukan berasal dari akun seseorang secara langsung sehingga perlu dicek lagi kebenarannya.

Juga ada forwarded many times yang sudah disetting agar penerusan pesan itu dibatasi sehingga konten hoax bisa diminimalisir penyebarannya. “Dengan adanya kode ini, pesan viral mampu diturunkan sebesar 75 persen secara umum dan secara global,” jelasnya.

Dikatakannya, ada juga chatbot yang bekerjasama dengan sejumlah lembaga yang bisa memberikan informasi terkait hoax atau tidak. Jadi, pengguna WA bisa mengecek kebenaran sebuah informasi lewat sejumlah chat bot ini. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *