Prof. Wiku Adisasmito. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam seminggu terakhir, angka kesembuhan mingguan terlihat mengalami penurunan. Kondisi ini tidak lain disebabkan kasus positif yang terus menurun. Demikian dikemukakan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, Prof. Wiku Adisasmito, dalam keterangan pers virtual yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (5/10).

Ia mengutarakan dilihat secara persentase, terus terjadi peningkatan. Pada minggu ini rata-rata kesembuhan mencapai 95,77%.

Untuk kesembuhan minggu ini, dikontribusikan oleh 5 provinsi dengan jumlah kesembuhan tertinggi. Yaitu di Jawa Barat sebesar 1.843, Jawa Timur 1.727, Jawa Tengah 1.652, Sumatera Utara 1.412 dan Bali 1.251.

Jika melihat kembali saat lonjakan Juli lalu, angkanya berada di 80,23%. Namun, sejak awal Agustus lalu, angka kesembuhan secara konsisten terus lebih besar dari penambahan kasus positif hingga saat ini. Berbanding terbaik saat lonjakan kedua, dimana angka kasus meningkat cukup tinggi dibandingkan kesembuhan.

“Tentunya patut diapresiasi karena artinya penanganan pasien COVID-19, baik yang isolasi Mandiri, terpusat maupun dirawat di rumah sakit semakin mengalami peningkatan kualitas sehingga dapat segera sembuh,” tambah Wiku.

Baca juga:  Debat Cawapres Tak Bermutu, Minim Solusi

Kemudian untuk kematian, meskipun persentasenya mengalami kenaikan namun jumlah kasus kematiannya terus menurun hingga saat ini. Dalam menilai perkembangan kematian, penting melihat jumlah kasusnya, bukan persentasenya. Karena target pemerintah ialah menekan jumlah kematian hingga 0 kasus.

Perkembangan kematian Minggu ini, terdapat 5 provinsi yang mengalami kenaikan kematian tertinggi. Yaitu Jawa Tengah sebanyak 100 kasus, Jawa Timur 81 kasus, Aceh 63 kasus, Papua 44 kasus dan Bali 41 kasus.

Selanjutnya, untuk kasus aktif untuk pertama berada di bawah angka satu persen yaitu 0,86% di minggu terakhir. Jika dibandingkan saat lonjakan kedua, kasus aktif sempat menyentuh 19%. Untuk itu, angka kasus aktif saat ini lebih baik dari rata-rata dunia. Rata-rata dunia tidak pernah mencapai dibawah satu persen, dan saat ini kasus aktif dunia sebesar 7,77%.

Baca juga:  Spot "Selfie" di Buleleng Marak, DPRD Minta Ditata

“Terlebih penurunan yang sangat drastis ini berhasil kita capai dalam waktu kurang lebih 2 bulan saja,” tegas Wiku.

Namun, Wiku mengingatkan kepada pemerintah daerah. Terutama dengan kasus aktif yang masih tinggi yaitu Kalimantan Utara 8,83%, Papua 5,33%, Aceh 4,0%, Kalimantan Tengah 3,08% dan Lampung 2,63%.

Bahkan dari kelima provinsi tersebut, Aceh dan Papua perlu memperhatikan. Karena cukup tinggi baik kematian maupun kasus aktifnya sejalan dengan kondisi Bed of Ratio (BOR) atau ketersediaan tempat tidur pada provinsi tersebut. Papua dan Aceh sama-sama masuk ke dalam lima besar kematian dan kasus aktif tertinggi minggu ini, nyatanya juga termasuk ke dalam lima besar BOR tertinggi.

Papua sebesar 20,52%, dan Aceh 14,27%. Adapun provinsi lainnya yang mencatatkan bor tertinggi adalah DI Yogyakarta sebesar 15,84%, Bali sebesar 11,28% dan NTT sebesar 11,44%. Kelima provinsi ini, jika dibandingkan angka BOR nasional 6,34%, masih terbilang rendah. Bahkan jika dibandingkan sebagian besar provinsi yang di bawah 10%.

Baca juga:  Tambahan Harian Kasus COVID-19 di Bali di Atas 100 Orang! Korban Jiwa Juga Dilaporkan

“Maka perlu perhatian bagi 5 provinsi ini untuk segera turunkan BOR-nya. Dengan segera meningkatkan kualitas penanganan pasien COVID-19 agar seluruhnya dapat sembuh,” lanjutnya.

Pemerintah daerah dimohon membaca data dan angka COVID-19 di wilayahnya masing-masing. Dan bandingkan dengan daerah lainnya serta angka nasional. Sehingga dapat mengetahui posisi daerah masing-masing saat ini.

Jika ternyata berada di posisi tertinggi, untuk perkembangan yang kurang baik, seperti kasus aktif, kasus positif, kematian dan BOR, diminta segera koordinasikan dengan perangkat daerah atau pemerintah pusat jika diperlukan. “Penting untuk juga terus mengupayakan sinkronisasi data pusat dan daerah agar data yang tersedia saat ini akurat dan menggambarkan situasi sebenarnya. Tentunya kami berharap penurunan kasus baikan terjadi secara merata di seluruh wilayah Indonesia,” pungkas Wiku. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *