DENPASAR, BALIPOST.com – Pembangunan Pura Ksatria Shanti Bhuana di Makodam XVIII/Kasuari, Papua Barat, dimulai. Pura tersebut nantinya untuk mewadahi prajurit khususnya yang beragama Hindu di lingkungan Kodam Kasuari. Selain itu sebagai pusat kegiatan keagamaan bagi umat Hindu di sekitarnya.
“Makna dari nama tersebut, ksatria berarti kita sebagai prajurit, shanti berarti kedamaian dan bhuana berarti dunia. secara utuh berarti prajurit yang berjuang untuk mewujudkan kedamaian dunia,” ujar Pangdam XVIII/Kasuari, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, S.E., via telepon, Minggu (17/10).
Saat kunjungan kerjanya ke wilayah Manokwari, Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. (H.C.) K. H. Ma’ruf Amin beserta rombongan menyambangi Makodam Markas Kasuari, Jumat (15/10). Wapres mengapresiasi kreativitas kodam dalam menata dan memanfaatkan lingkungkan. Kata Ma’ruf Amin, ini suatu bentuk penyiapan tempat yang luar biasa, sebab ia melihat ada tempat ibadah yang lengkap baik itu masjid, gereja, bahkan pura. Hal ini melambangkan tentang kebhinekaan dalam agama dan kerukunan umat agama.
Pangdam menuturkan terkait dengan pemberian nama pura tersebut melalui banyak berdiskusi. Bahkan pihaknya mohon kepada Tuhan untuk nama apa yang pantas untuk pura segera dibangun ini.
Menurutnya, nama pura tersebut terinspirasi dari sesanti Kodam Kasuari yaitu patriot pembela rakyat. Patriot itu adalah seorang ksatria, kumpulan orang-orang yang membela negara. Selain itu patriot bermakna orang-orang yang berjuang untuk negara dan bangsa.
Mantan Danrem 163/Wira Satya ini menyampaikan, selama ini Kodam Kasuari memiliki tempat ibadah seperti mesjid dan gereja. Sedangkan tempat ibadah untuk umat Hindu belum ada, sehingga pihaknya merasa perlu dibangun pura ini. “Semoga pembangunan pura ini dapat bermanfaat bagi prajurit yang beragama Hindu karena selama ini kita sembahyang cukup jauh. Sekali lagi terima kasih atas doa dan kerja samanya sehingga pembangunan pura ini dapat diwujudkan,” imbuh mantan Danjen Kopassus ini.
Pura ini dibangun bersebelahan dengan tempat ibadah agama lain. Hal ini sebagai wujud kerukunan umat beragama dan sebagai identitas keberagaman bangsa Indonesia. “Toleransi umat beragama harus terus ditingkatkan. Saling menghormati dan menghargai adalah suatu hal yang mutlak di negeri yang kita cintai, termasuk di lingkungan Kodam Kasuari,” pungkas jenderal bintang dua asal Buleleng ini
Peletakan batu pertama pura ini diawali dengan ritual pangeruak atau ngeruwak bhuwana yaitu upacara yang dilaksanakan sebelum mulai pengerjaan bangunan baru. Ini, sebagai permohonan kehadapan para bhuta kala agar mereka tidak mengganggu. (Kerta Negara/balipost)