Sejumlah penumpang pesawat berada di Bandara Ngurah Rai pada akhir 2017. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Peningkatan mobilitas terkait libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) diperkirakan terjadi. Berdasarkan survei Balitbang Kementerian Perhubungan, untuk Jawa-Bali yang melakukan perjalanan diperkirakan hampir 20 juta orang.

Menurut Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut B. Pandjaitan, Senin (25/10), survei menyatakan terdapat 19,9 juta orang yang akan melakukan perjalanan di Jawa-Bali saat periode Nataru. Sedangkan Jabodetabek, 4,5 juta orang.

Peningkatan mobilitas ini, bila tanpa menerapkan protokol kesehatan yang ketat akan meningkatkan risiko penyebaran kasus. “Jadi apapun strategi yang kami lakukan, pembatasan tetap kita buat di beberapa tempat-tempat tertentu,” ujar Luhut yang merupakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini.

Baca juga:  Dua Atlet dari Bedha Raih Medali di SEA Games Kamboja

Mengenai hal ini, Presiden disebut Luhut memberikan arahan tegas segera mengambil langkah terkait kebijakan ini. Juga merancang agar tidak ada peningkatan kasus akibat libur Nataru.

Di awal keterangannya, Luhut menyebutkan penanganan pandemi COVID-19 secara keseluruhan makin membaik. Namun, di tengah melandainya kasus, terdapat sejumlah kabupaten/kota perlu mendapatkan perhatian karena mengalami tren kenaikan.

Presiden, kata Luhut, meminta agar terus waspada dan berhati-hati akan kedatangan gelombang selanjutnya. Ia mengatakan, hal itu berkaitan dengan peningkatan kasus di 105 kabupaten/kota seluruh Indonesia.

Baca juga:  Umat Inginkan Regenerasi Kepemimpinan Hindu

Meskipun, ia menilai, sampai saat ini masih terkontrol dengan sangat baik. “Tapi kami melihat ada indikasi naik turun, naik turun itu,” kata Luhut yang juga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini.

Luhut tidak merinci detil kabupaten/kota yang dimaksud. Namun, ia mengutarakan Presiden juga meminta agar melihat secara lebih detil, kabupaten/kota yang mengalami kenaikan kasus itu. Dan meminta untuk menurunkan tim ke lapangan dan segera melakukan intervensi. “Itu sudah kita lakukan minggu lalu dan sekarang kita lakukan lagi sesuai perintah Presiden,” sebutnya.

Ditambahkannya akselerasi vaksinasi, terutama lansia, masih terus dilakukan. Sebab, rata-rata yang meninggal saat ini adalah lansia, komorbid, dan yang belum divaksinasi. “Jika ingin menurunkan level PPKM kepada lebih banyak kabupaten/kota di wilayah Jawa dan Bali, tentunya akan menambah jumlah kabupaten/kota level 2 dan 1 jika kondisinya terus dijaga,” jelasnya.

Baca juga:  Korban Jiwa COVID-19 Masih Terus Dilaporkan Bali, Hasil Penelusuran Ada 3 Penyebabnya

Penurunan level PPKM di Jawa dan Bali berdampak pada meningkatnya mobilitas masyarakat di atas baseline. “Terkait ini, Presiden juga mengingatkan bahwa mulai banyak kelemahan pengawasan di lapangan. Dan harus segera kembali dijaga dan dipertegas pengawasannya. Karena kunci dari penyesuaian atau pelonggaran PPKM ialah manajemen pengawasan lapangan,” tegasnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *