DENPASAR, BALIPOST.com – Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan kasus di Indonesia sudah rendah. Tapi, masyarakat tidak boleh lengah karena akan menghadapi libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Sebab, kata Menkes dalam keterangan pers virtual evaluasi penanganan pandemi COVID-19, Selasa (26/10), secara historikal libur panjang selalu terjadi kenaikan. Ia meminta agar jangan terjadi euforia berlebihan dan tetap waspada karena negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi, seperti Israel, Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat, tetap mengalami peningkatan kasus.
“Nah, itu yang harus kita waspadai agar jangan terburu-buru kita melakukan pelonggaran yang berlebihan sehingga nantinya bisa membuat adanya lonjakan kasus yang mengakibatkan kita harus melakukan pengereman dari aktivitas ekonomi,” kata Menkes, dipantau dari Denpasar.
Dijelaskannya, dalam menghadapi Nataru, Kemenkes akan mempercepat vaksinasi. Sampai hari ini, sudah tercapai 184 juta dosis vaksinasi. “Untuk suntikan dosis pertama sudah 114 juta rakyat Indonesia yang menerima suntikan pertama atau 54,85 persen dari target populasi 208 juta dan sudah lengkap menerima dua dosis suntikan adalah 68,88 juta atau 33 persen,” ungkapnya.
Angka Tertinggi
Ia mengatakan vaksinasi harian mencapai angka tertinggi pada 21 Oktover sebanyak 2,34 juta suntikan. Ia mengatakan dalam seminggu terakhir, capaian 2 juta vaksinasi sudah dilaksanakan sesuai arahan Presiden Joko Widodo. “Sudah hampir semua ibukota provinsi mencapai suntikan dosis pertama di atas 70 persen, tinggal ada 15 ibukota provinsi yang belum,” imbuhnya.
Arahan Presiden, semua provinsi mencapai suntikan dosis pertama sebesar 60 persen di November dan 70 persen pada Desember. “Itu yang sekarang sedang kami kejar, agar seluruh provinsi bisa mencapai 60 persen dosis pertama di bulan November dan 70 persen dosis pertama di bulan Desember,” katanya.
Diperkirakan, dengan laju vaksinasi seperti saat ini, akan dicapai 290 juta dosis pada akhir tahun. Untuk orang yang mendapatkan dosis pertama diperkirakan 168 juta orang atau 80 persen dari target. Untuk dua dosis atau vaksinasi lengkap sekitar 123 juta orang atau 59 persen dari target.
Stok yang ada mencapai 244 juta dosis vaksin. Sudah didistribusikan ke daerah sekitar 230 jutaan dosis dan sudah disuntikkan sekitar 180 jutaan. “Jadi masih ada 50 juta stok lagi yang ada di provinsi dan kabupaten/kota. Diharapkan sampai akhir tahun, kita bisa menerima antara 428 sampai 448 juta dosis yang cukup disuntikkan untuk dua dosis kepada 208 juta rakyat Indonesia,” paparnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pandemi ini sudah berlangsung hampir 2 tahun. Ini, merupakan krisis pandemi pertama yang dialami Indonesia sejak merdeka.
Karakteristik COVID-19 yang sangat dinamis dan bermutasi dengan berbagai varian menyebabkan perkembangan pandemi sangat sulit diprediksi. Meski sudah terkendali, namun varian baru perlu diwaspadai karena tidak menghendaki adanya gelombang ketiga. “Kita sudah mengalami gelombang kedua di Juli yang lalu. Kita sadari tidak ada buku panduan COVID-19 dan setiap negara melaksanakan secara berbeda dan disesuaikan dengan karakteristik dan sumber daya yang ada,” kata Airlangga.
Indonesia, sebutnya melakukan pendekatan sendiri dan mitigasi yang terukur. Di bawah kendali dan arahan Presiden Joko Widodo, ia mengatakan kombinasi gas dan rem dilakukan secara optimal sehingga ada keseimbangan antara kehidupan dan penghidupan. “Kita terus belajar dari negara lain, terus mendengar, dan terus mengambil tindakan, terus melakukan penyesuaian berdasarkan dinamika yang terjadi,” ujarnya. (Diah Dewi/balipost)