JAKARTA, BALIPOST.com – Perkembangan penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia sangat baik. Ditandai terus menurunnya kasus selama kurang lebih tiga bulan belakangan. Bahkan, penularan kasus cukup rendah dengan rata-rata per hari di angka 700 kasus dan kasus aktif sebesar 0,29%. Sementara angka kesembuhan pun sudah berada di angka 96,33%.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menyebutkan, perkembangan baik ini terjadi di tengah aktivitas masyarakat yang mulai kembali berjalan, bahkan meliputi pelaksanaan kegiatan berskala nasional dan persiapan kegiatan berskala internasional.
“Hal inilah yang membuat perkembangan baik ini diakui dunia. Bahkan Center for Disease Control (CEC) saat ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan level 1,” kata Wiku Dikutip dari rilis BNPB, Rabu (3/11).
Wiku mengapresiasi seluruh lapisan masyarakat atas pencapaian baik ini. Karena pencapaian ini diraih melalui upaya berlapis yang terus-menerus dan kontribusi semua pihak, termasuk pembatasan mobilitas dan juga peningkatan cakupan vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan pada kegiatan masyarakat.
Namun demikian, Indonesia perlu mencermati perkembangan kasus COVID-19 secara global. Karena beberapa negara yang tidak melakukan upaya secara menyeluruh akan berpotensi kembali meningkatnya kasus. Seperti di Australia, Singapura dan Vietnam. Dimana kasus COVID-19 membutuhkan waktu yang sangat lama untuk ditekan, dengan jumlah kasus tidak lebih dari 50 per harinya.
Australia dan Singapura bahkan cakupan vaksinasinasinya, melebihi 60% penduduk. Namun akibat varian Delta, begitu pembukaan aktivitas justru kasusnya langsung naik tajam hingga 40 – 90 kali lipat.
Ada 5 hal yang dilakukan Indonesia hingga penanganan COVID-19 membaik dan penularan kasus rendah. Pertama, tingginya kasus positif pada lonjakan kedua menyebabkan meningkatnya jumlah penyintas COVID-19 sehingga kekebalan alami tubuh penyintas meningkat. Kedua, meningkatnya usaha dan cakupan program vaksinasi yang cukup signifikan dalam waktu cepat. Sehingga berkontribusi membentuk kekebalan tubuh masyarakat yang dibuktikan dengan data sero surveilans.
Ketiga, upaya pembatasan aktivitas masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi daerah hingga tingkat kabupaten/kota. Upaya ini terus dievaluasi setiap 2 minggu agar efektif menekan penularan. Keempat, upaya pembatasan mobilitas yang tidak hanya dilakukan antar wilayah di Indonesia namun juga dari luar negeri semakin meminimalisir potensi penularan kasus importasi.
Kelima, pembukaan sektor sosial ekonomi dengan penuh kehati-hatian serta dibarengi dengan upaya disiplin protokol kesehatan 3M yang diawasi pada setiap sektornya. Karenanya, menuju periode Natal dan Tahun Baru di akhir tahun nanti penting untuk terus mengawasi pergerakan dan aktivitas masyarakat. Jika merujuk data tren kasus positif di 34 provinsi terdapat 3 provinsi yang menunjukkan tren peningkatan di minggu terakhir ini.
Ketiganya, yaitu Jawa Barat, Gorontalo dan Maluku Utara serta 6 provinsi yang di minggu sebelumnya juga mengalami peningkatan. Yaitu Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Banten Sulawesi Barat dan Papua. Hal ini perlu diantisipasi dan terus dievaluasi agar tidak kembali meningkat di minggu berikutnya. “Cakupan vaksinasi untuk membentuk kekebalan tubuh masyarakat penting untuk terus ditingkatkan dan diperluas agar dapat tercapai perlindungan maksimal,” lanjutnya.
Namun tetap perlu diingat bahwa vaksinasi saja tidak cukup untuk menekan penularan. Seluruh lapisan masyarakat harus disiplin protokol kesehatan secara ekstra. Agar tidak membuka celah penularan. “Disiplin protokol kesehatan adalah modal utama kita mendukung pemulihan ekonomi dan melakukan aktivitas sosial menuju periode akhir tahun dan di tahun baru 2022,” pungkasnya. (Agung Dharmada/Balipost)