Agung Manik Danendra AMD (kiri) bersama Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara (kanan) saat Pakelam Agung Pemahayu Jagat, tampak Senator DPD RI dapil Bali Haji Bambang Santoso (tengah pakai peci) turut menghadiri Karya Agung, Kamis (4/11). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Karya agung upacara Pakelem Agung Pamahayu Jagat di Pantai Matahari Terbit digelar Kamis (4/11). Kegiatan yang digagas Puri Tegal Denpasar-Pemecutan ini berlangsung bertepatan dengan Sugian Jawa dan Tilem Sasih Kelima.

Menurut Dr. Anak Agung Ngurah Manik Danendra, S.H., M.H., M.Kn. yang merupakan tokoh Puri Tegal Denpasar-Pemecutan ini, pakelem digelar serangkaian Pamelastian Ida Ratu Bhatara-Bhatari Puri Tegal Denpasar-Pemecutan. Upacara Pamahayu Jagat dan Pakelem serta Pemelastian dipuput Ida Pedanda Siwa, Ida Pedanda Budha serta Bujangga. Yadnya Pakelem Agung ini menggambil tingkatan Utamaning Utama dengan menggunakan kerbau, kambing hitam, angsa, bebek, ayam manca warna dan saran lainya.

Hadir dalam kegiatan itu, Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Prof. I Gusti Ngurah Sudiana, Anggota DPD RI Dapil Bali H. Bambang Santoso, Ketua Umum Yayasan Mahendradatta, Shri I Gusti Ngurah Wira Wedawitri Wedastera Putra Suyasa, S.Sos.,SH.,MH., dan seluruh Penglingsir Puri Tegal Denpasar-Pemecutan dan Penglingsir Puri lainnya di Kota Denpasar.

Baca juga:  Seratusan Ribu WNA Ada di Bali, Overstay Timbulkan Kerugian Negara

Pria yang akrab disapa AMD ini, mengatakan ritual ini bertujuan untuk menyucikan Bhuwana Agung (alam semesta) agar tercipta kehidupan masyarakat Bali yang harmonis, aman dan sejahtera serta seimbang sesuai konsep Tri Hita Karana. Yakni menciptakan keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan sesama manusia.

Upacara yang mengambil tingkatan Utamaning Utama ini juga dilakukan untuk kembali memancarkan taksu Bali di tengah situasi pandemi COVID-19. Kegiatan juga sekaligus untuk memohon agar pandemi COVID-19 cepat berlalu, umat manusia agar bisa dibebaskan dari “gering agung” Covid-19 serta agar alam semesta kembali harmonis. “Pakelem Agung Pamahayu Jagat tujuannya menyeimbangkan jagat bali, mewujudkan keharmonisan, kerahayuan supaya Bali metaksu lagi, bersinar lagi,” papar tokoh Bali ini, dalam rilis yang diterima.

Upacara ini juga untuk mendoakan bangkitnya ekonomi Bali, pariwisata pulih, dan kesehatan masyarakat juga terjaga. “Bali supaya kembali pulih dari pandemi Covid-19, kita berusaha secara sekala niskala,” kata AMD.

Baca juga:  Pakelem Agung Pamahayu Jagat akan Digelar di Pantai Matahari Terbit

Sementara itu, Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengapresiasi upacara Pamelisan dan Mapakelem yang dilaksanakan Puri Tegal Denpasar-Pemecutan. Momen ini sangat tepat spiritnya untuk menetralisir energi negatif. “Masyarakat Denpasar juga banyak menggelar Upacara Nangluk Merana di masing-masing banjar di kota Denpasar,” jelasnya yang dalam kesmpatan ini juga menghaturkan dana punia yang diterima Yajamana Karya Mangku Gede I Gusti Ngurah Mendra.

Hal senada juga disampaikan Ketua PHDI Provisni Bali, Prof. Sudiana. Sudiana mengatakan upacara Pamelastian, Pamahayu Jagat dan Pakelem yang diinisiasi Puri Tegal Denpasar-Pemecutan merupakan upacara Yasa Sad Kertih. Masuk didalamnya yaitu Segara Kertih yang merupakan upacara penyucian terhadap lautan.

Sesuai tertulis dalam Lontar Purana Bali, dimana Pamahayu Jagat dan Pakelem untuk memohon Tirta Amerta kepada Sang Hyang Baruna (Dewa Penguasa Lautan). “Upacara ini sangat tepat digelar bertepatan dengan Rahinan Sugian Jawa, ini memiliki makna Angrebu Bhuwana Agung (membersihkan alam semesta, red) dimana Pakelem mempunyai makna dan filosofi untuk mengharmoniskan alam semesta beserta isinya,” imbuh Prof. Sudiana.

Baca juga:  Panjat Tebing Berharap Segera New Normal

Dikatakan laut sebagai kunci, simbol bahwa alam ini bisa baik apabila lautnya bersih, spiritualitasnya terpelihara dan perilaku manusianya juga terjaga. “Oleh karena itu, upacara pamahayu jagat disertai dengan pakelem agung ini, merupakan upacara yang sangat utama dan sangat penting sebagai simbol memelihara alam semesta khususnya keseimbangan laut,” sebutnya.

Apresiasi juga disampaikan Anggota DPD RI Dapil Bali, H. Bambang Santoso. “Harapannya bukan hanya kebaikan yang jauh menjadi lebih tapi keharmonisan sesama anak bangsa juga terwujud, kedamaian tercipta, sesama anak bangsa menjadi lebih damai dan rukun serta harmonis. Harmoni tidak hanya di sisi alam saja, tapi seluruh penghuninya juga harmoni,” paparnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *