DENPASAR, BALIPOST.com – Penjualan listrik PLN hingga Oktober minus 6,7%. Sedangkan tahun ini PLN menargetkan penjualan tumbuh 2,5%. Sehingga selisihnya mencapai 8-9%.
GM PLN UID Bali I Wayan Udayana, Senin (15/11) mengatakan, kinerja PLN Bali tahun ini yang statusnya merah atau negatif adalah penjualan dan pendapatan. Sedangkan kinerja bisnis yang lain dikatakan masih hijau seperti response time pelayanan. “Jadi penjualan pendapatan PLN Bali sampai Oktober masih negatif akibat dampak Covid-19. Jadi penjualan PLN di Bali tidak mencapai target bahkan minus dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Menurutnya hal ini menjadibtantangan karena dominan pelanggan bisnis PLN adalah bidang pariwisata. Walaupun open border telah dilakukam 14 Oktober lalu, namun memang belum ada kunjungan wisman. Adapun turis asing menurutnya masuk lewat Jakarta sehingga tingkat hunian hotel masih rendah. Sehingga ini menyebabkan penjualan belum naik secara signifikan.
Penjualan PLN yang negatif dari sisi neraca keuangan menyebabkan keuntungan yang diterima PLN berkurang dari tahun lalu. “PLN UID Bali bukan anak perusahaan. Kita konsolidasi. Maka untuk CSR diambil dari keuntungan perusahaan, konsolidasi korporasi, termasuk juga pembangkit – pembangkit PLN ini dalam menghitung rugi laba tidak sendiri. Kalau sendiri mengandalkan pembangkit biayanya tinggi, makanya menerima pembangkit listrik dari luar Bali,” tandasnya.
Bahkan momen Galungan pun tidak terjadi peningkatan konsumsi listrik yang signifikan. Apalagi saat ini musim hujan yang mana penggunaan AC pasti lebih sedikit. Salah satu upaya yang bisa dilakukan PLN adalah mengedukasi masyakarakat agar beralih ke electrifying lifestyle dengan menggunakan alat – alat berbasis listrik seperti kompor listrik, sepeda listrik, motor listrik, dan lainnya. Selain lebih ramah lingkungan, penggunaan alat – alat berbasis listrik dapat meningkatkan penggunaan listrik. (Citta Maya/Balipost)