Dewa Gde Satrya. (BP/Istimewa)

Oleh Dewa Gde Satrya

Kecelakaan tunggal di Tol Jombang menewaskan publik figur sekaligus traveler Vanessa Angel dan suaminya pada Kamis (4/11), mengingatkan kembali pentingnya berkendara dengan aman dan dalam kondisi prima selama di jalan tol. Akses Tol Trans Jawa sepanjang seribu kilometer yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya dalam tempo 10-12 jam itu memanjakan pengendara dengan jalan yang mulus dan pemandangan yang indah.

Keselamatan pengendara haruslah menjadi prioritas berkendara. Bagi pengendara jalan tol layak mengadaptasi motto pendaki gunung, tujuan mendaki gunung adalah pulang ke rumah dengan selamat. Tujuan masuk jalan tol adalah keluar dengan selamat.

Vanessa Angel dan keluarga yang menjadi korban kecelakaan tunggal di Tol Jombang merupakan fenomena traveler di masa pandemi Covid-19. Bagi warga Jakarta yang ingin bepergian ke timur Jawa, ke Surabaya bahkan sampai Bali dan Lombok, rela menempuh perjalanan darat dengan kendaraan pribadi bersama keluarga.

Sebaliknya, warga Surabaya yang ingin ke barat Jawa – Yogyakarta, Jakarta, Lampung – memilih kendaraan pribadi dalam perjalanan darat. Perubahan perilaku berwisata terdiri dari durasi waktu perjalanan lebih pendek (3-5 hari), short haul trip dan tipe perjalanan menjadi lebih individual dan skala kecil, seperti staycation, family group, solo traveler, FIT (Free Individual Travelers).

Baca juga:  Sampradaya

Pemulihan industri pariwisata diawali wisatawan domestik, terutama dari kalangan milenial, karena mereka memiliki keberanian, keinginan, tenaga dan energi yang lebih untuk bepergian. Mengupayakan kemajuan pariwisata Indonesia tidak semata-mata dari arus kunjungan wisatawan melalui pintu masuk dan keluar di bandara.

Perjalanan darat dengan kendaraan pribadi semakin diminati karena peraturan pemerintah yang mewajibkan tes PCR atau antigen untuk penumpang pesawat terbang di area Jawa Bali kerap berubah-ubah dan banyak ketidakpastian. Meski di sisi lain aturan itu dibuat demi keselamatan dan kesehatan wisatawan. Pergi sehat, pulang pun harus tetap sehat.

Jalur darat memiliki multiply effect yang tidak hanya menguntungkan daerah-daerah yang menjadi destinasi wisata, tetapi juga daera-daerah yang menjadi rute perjalanan darat wisatawan domestik. Java overland, seperti yang dilakukan Vanessa Angel dan keluarga, memiliki kesan pleasure tersendiri yang tidak diperoleh ketika menempuh rute udara.

Baca juga:  Masa Depan Birokrasi

Sama halnya dengan perjalanan udara, perjalanan darat telah terjadwal sebelumnya. Pandemi rupa-rupanya menghadirkan nilai yang tidak mudah diterima, yang mungkin saja menjadi pil pahit yang harus ditelan semua pihak yang merasa
terganggu dengan kenyamanan lama yang tak bisa dirasakan kembali.

Berbagai peraturan bepergian akhir-akhir ini mengembalikan tren perjalanan wisata yang tidak mudah untuk dilakukan sewaktu-waktu, mesti harus terencana dan dipertimbangkan dengan matang waktu, tujuan, energi dan risiko. Definisi pariwisata tidak lagi perjalanan untuk keluar dari rutinitas dalam
waktu tertentu, tetapi usaha yang diputuskan
untuk dilakukan dengan risiko yang terukur
(calculated risk).

Karena itu, traveler atau tourist adalah seorang pengambil keputusan dengan risiko yang terukur untuk mendapatkan sejumlah manfaat yang ingin diperoleh dari pengalaman bepergian. Penekanan pada benefit yang ingin diterima itulah yang menjadikan berwisata atau bepergian menjadi sesuatu yang betul-betul ditakar kadar dan kualitasnya.

Baca juga:  Label Bali Pulau Pabrik Narkoba

Jenis berwisata dan tujuan bepergian haruslah
sesuatu yang sangat penting dan mengesankan,
yang hanya mungkin diraih melalui bepergian
ke luar rumah selama beberapa hari. Bertemu
dengan keluarga, kerabat atau memenuhi undangan kegiatan tertentu, dirasakan sangat penting untuk dipenuhi ketika penularan virus Corona semakin sedikit.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjawab kebutuhan pasar akan ruang dan jenis yang memiliki risiko terukur dengan manfaat maksimal itu dalam 4 jenis wisata NEWA (nature, eco, wellness, adventure tourism). Di kalangan traveler, bepergian dalam situasi saat ini membutuhkan persiapan yang matang dan dianggap sebagai kegiatan yang memiliki risiko.

Bagi para penyedia jasa di setiap mata rantai industri pariwisata-termasuk jasa transportasi-haruslah disajikan dengan optimal dan prima agar tidak mengecewakan dan membahayakan wisatawan, karena tujuan bepergian adalah pulang dengan selamat.

Penulis, Dosen Prodi Pariwisata, School of Tourism, Universitas Ciputra Surabaya

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *