DENPASAR, BALIPOST.com – Capaian vaksinasi menjelang tutup tahun terus digenjot. Targetnya, cakupan vaksinasi bisa mencapai 70 persen dari populasi di akhir 2021.
Hingga 26 November 2021 per pukul 18.00 WIB, Kementerian Kesehatan mencatat sudah 137.679.662 orang yang memperoleh vaksinasi dosis 1. Jumlah ini jika dipersentasekan mencapai 66,11 persen dari target sebesar 208.265.720 orang. Sedangkan untuk dosis kedua, cakupan vaksinasi sudah mencapai 93.312.360 orang (44,80 persen).
Untuk memenuhi capaian vaksinasi sebanyak 70 persen dari target hingga akhir tahun ini, Indonesia disebut Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, terus menambah stok vaksin. Menurut dr. Nadia, pemerintah terus mendatangkan vaksin dari berbagai produsen, juga melalui berbagai jalur.
Selain melalui pembelian langsung, Indonesia juga banyak mendapatkan donasi baik dari kerja sama bilateral maupun multilateral. Seperti, pada Jumat, kembali sejumlah vaksin datang guna memenuhi kebutuhan vaksinasi. Kedatangannya terdiri dari dua tahap, yaitu tahap ke-130 dan tahap ke-131.
Untuk tahap ke-130, vaksin yang tiba berjumlah 706.680 vaksin Pfizer dalam bentuk jadi. Vaksin tersebut langsung didistribusikan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ia merinci 163.800 dosis vaksin tiba di Bandara Ahmad Yani Semarang untuk didistribusikan ke Jawa Tengah dan 542.880 dosis vaksin tiba di Bandara Juanda untuk didistribusikan ke Jawa Timur. “Rencananya, vaksin tersebut diperuntukkan menambah pasokan ketersediaan vaksin masyarakat bagi Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar Nadia, dalam keterangan persnya.
Sedangkan untuk tahap ke-131, adalah 1.065.400 dosis vaksin AstraZeneca yang merupakan donasi melalui fasilitas COVAC. Vaksin tersebut tiba di Bandara Soekarno Hatta, Jumat Sore.
Jelang akhir tahun, pemerintah mencoba meningkatkan lagi percepatan vaksinasi yang sempat menurun belakangan ini. “Berdasarkan pemantauan, salah satu penyebabnya adalah sikap pilih-pilih merek vaksin oleh masyarakat, jangan menunggu jenis vaksin tertentu dan kita masih membutuhkan vaksin jenis sinovac untuk dosis kedua serta untuk bisa segera memulai vaksinasi kepada anak rentang usia 6 tahun ke atas” katanya.
Ia menegaskan seluruh vaksin COVID-19 yang disediakan oleh pemerintah adalah aman dan berkhasiat, serta seluruhnya telah lulus uji oleh Badan POM. Karenanya, dia meminta masyarakat tidak perlu ragu dan menunda vaksinasi karena ingin divaksin dengan merek tertentu, semuanya sama-sama berkhasiat dan aman.
“Saat ini penting kita semua segera mendapatkan vaksinasi sehingga kekebalan kelompok sebagai benteng pertahanan kita untuk mecegah virus berkembang dan bermutasi lebih lanjut. Pandemi ini tidak bisa kita kendalikan kalau baru sebagian saja masyarakat mendapatkan vaksinasi, setidaknya kita membutuhkan 70 persen masyarakat kita telah di vaksin Covid 19 dengan apapun jenis vaksinnya,” tegas Nadia.
Bersamaan dengan program vaksinasi, lanjutnya, yang tidak boleh dilupakan adalah tetap menjaga protokol kesehatan. Jangan sampai kita lengah karena menurunnya tingkat penularan. “Di sejumlah negara, tingkat penularan kembali meningkat. Jangan sampai Indonesia juga seperti itu,” ujarnya.
Dua Prasyarat Mutlak
Terpisah, Epidemiolog Kamaluddin Latief mengatakan, pengendalian pandemi memiliki dua prasyarat mutlak. Pertama, pencapaian target vaksinasi setinggi-tingginya. Kedua, penurunan kasus serendah-rendahnya mendekati zero kasus.
Ia menyebutkan, prasyarat kedua bisa dipenuhi dengan kondisi virus yang tidak bermutasi dengan lebih ganas dan perubahan cara berpikir (mindset) dan perilaku masyarakat yang sesuai, konsisten, dan memegang kuat prinsip protokol kesehatan demi memutus rantai penularan penyakit menular.
“Saya memiliki beberapa catatan tingkat kepatuhan penggunaan masker kita yang saat ini masih fluktuatif, jauh di bawah target 95 persem. Di saat yang sama terjadi peningkatan mobilitas yang melebihi 20 persen. Hal ini yang harus di-highlight sembari terus mendorong upaya vaksinasi,” kata Kamal.
Dia juga menilai, membatasi mobilitas dan menghindari kerumunan adalah cara terbaik agar tidak tertular. Jika sangat mendesak dan mengharuskan kita beraktivitas, maka protokol yang ketat harus menjadi tameng. “Selain memastikan bahwa sudah terlindungi dengan adanya antibodi vaksinasi yang sudah didapat,” tutupnya. (Diah Dewi/balipost)