Seorang pembeli sedang membayar belanjaannya ketika bertransaksi di Pasar Badung. (BP/Hendri Febriyanto)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tingkat inflasi Provinsi Bali sampai dengan Oktober 2021 relatif rendah, yaitu 0,54% (ytd). Core inflation dan administered priced tercatat rendah, namun volatile food berada pada level di atas 5%, yaitu 5,20% (yoy).

Komoditas penyumbang inflasi selama ini adalah minyak goreng, daging ayam ras, daging babi, dan tongkol yang diawetkan.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda, Minggu (28/11) mengatakan, berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dilakukan Bank Indonesia pada November minggu ke-3, diperkirakan akan terjadi inflasi sebesar 0,1%–0,5% (mtm) disumbang oleh canang sari, minyak goreng, dan angkutan udara. Rizki menambahkan bahwa salah satu upaya pengendalian inflasi, terutama volatile food, adalah melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD).

Baca juga:  Keponakan Hajar Bibinya Hingga Babak Belur

Ia menyebut, KAD sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan komoditas, terutama komoditas pangan, bagi daerah yang defisit dan untuk memasarkan produk bagi daerah yang surplus. Dengan demikian, diharapkan KAD dapat meminimalkan terjadinya fluktuasi harga dan perbedaan harga antar daerah.

Ke depan, Bank Indonesia mendukung untuk dilakukannya KAD yang lebih masif lagi, baik antar kabupaten maupun lintas provinsi. “KAD ini sebagai upaya Pemerintah Daerah dalam menjaga ketersediaan, kelancaran distribusi dan kestabilan harga komoditas pangan, serta mengembangkan komoditas unggulan masing-masing daerah,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Pasar Bebandem Kembali Dibuka
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *