Sidang Senat Terbuka IAHN Gde Pudja Mataram yang dirangkai dengan wisuda program Sarjana ke-18 dan wisuda program pasca sarjana ke-6. (BP/Istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Menciptakan moderasi beragama tidak bisa dilakukan secara individual, melainkan harus dibangun secara kolektif sehingga menjadi sebuah gerakan bersama. Hal itu disampaikan oleh Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana dalam Orasi Ilmiahnya yang berjudul “Menuju Pencapaian Terakhir Wiweka-Widya, Jnana-Wicaksana” di IAHN Gde Pudja Mataram, NTB, Senin (29/11).

“Kita harus memperbanyak orang-orang yang mau berpikir di tengah, bukan di dua titik ekstrim”, ujar Ari.

Lebih jauh, Ari Dwipayana yang juga Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, menegaskan bahwa jalan tengah bukan berarti menghilangkan identitas atau menurunkan keyakinan atas agama masing-masing. Jalan tengah adalah sikap terbuka atas perbedaan dan keragaman.

Baca juga:  Keluar dari Ancaman Pandemi, Bangkitkan Patriotisme

Tapi, Ari mengingatkan memperbesar arus tengah bukan hanya sekedar merayakan perbedaan. Melainkan, berikthiar untuk terus menerus berdialog untuk mencari titik-titik persamaan, menemukan common words dan common platform, sehingga bisa mengatasi masalah-masalah bersama.

Ari menawarkan beberapa agenda bersama untuk memperkuat arus tengah: Pertama, perlu memperkuat rujukan-rujukan teologis yang mempertegas posisi agama sebagai ajaran moderat, melalui kajian-kajian intra agama maupun lintas agama.

Kedua, kajian-kajian dan rujukan teologi moderat juga harus disuarakan secara lantang melalui kampanye dan gerakan moderasi beragama. Hal ini sangat penting, mengingat suara kelompok intoleran justru lebih keras dan lantang. Gerakan moderasi harus disuarakan secara lantang dan intensif dalam berbagai ruang publik, baik di dunia nyata maupun dunia maya,” kata Ari, dalam rilis yang diterima.

Baca juga:  Puri Kauhan Ubud Luncurkan Buku dan Film Pendek "Sastra Saraswati Sewana"

Ari mengimbau, segenap aktivis dari semua agama harus bahu-membahu, saling dukung menyuarakan penolakan pada aksi intoleransi, agar hal tersebut tidak terulang kembali.

Dan terakhir Ari juga mengingatkan agar dialog antar agama dilanjutkan menjadi dialog karya, dimana berbagai kelompok lintas agama menggalang aksi bersama untuk menyelesaikan persoalan kemanusiaan, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan juga masalah perubahan iklim yg mengancam dunia.

Orasi Ilmiah diselenggarakan pada Sidang Senat Terbuka IAHN Gde Pudja Mataram yang dirangkai dengan wisuda program Sarjana ke-18 dan wisuda program pasca sarjana ke-6. Orasi ilmiah dihadiri oleh Raktor IAHN Gde Pudja Mataram, Dr. Wayan Wirata, para wakil Rektor, Ketua PHDI Provinsi NTB, perwakilan organisasi, lembaga dan Yayasan bernafaskan Hindu di NTB. Tampak hadir Manggala Dharma Upapati PHDI NTB, Ida Pedanda Gede Kerta Arsa dan wakilnya, Ida Pedanda Gede Jelantik Dwija Putra. (kmb/balipost)

Baca juga:  Dirjen Tegaskan Tak Ada Jual Beli Jabatan di Bimas Hindu
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *