A.A Ketut Jelantik, M.Pd. (BP/Istimewa)

Oleh A.A Ketut Jelantik

Salah satu prinsip pembelajaran di masa Pandemi COVID-19 adalah pembelajaran bermakna dan berdiferensiasi. Konsep pembelajaran ini sebagai upaya adaptasi terhadap dinamika dan perkembangan pandemi COVID-19 yang hingga saat ini memaksa proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara daring dan luring melalui Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTM).

Pembelajaran bermakna pada hakekatnya adalah proses pembelajaran yang menekankan pada upaya untuk memberikan value atau nilai atas apa yang sedang dipelajari siswa. Melalui pembelajaran bermakna, siswa diajarkan untuk mengembangkan keterampilan yang memberiikan manfaat bagi kehidupannya. Dalam konteks pandemi Covid-19, misalnya, siswa diharapkan untuk mampu menjadi individu yang berperan aktif dalam upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 beserta varian barunya, atau bagaimana siswa mampu menjadikan masa Pandemi Covid-19 sebagai pengalaman hidup yang memberikan makna bagi perubahan perilaku sehari-hari.

Pembelajaran berdiferensiasi berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa baik menyangkut aspek materi, cara memperoleh pengetahuan, maupun produk yang dihasilkan. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, potensi bakat, minat yang dimiliki siswa dapat di-explore dan dikembangkan oleh guru secara maksimal dan optimal.

Baca juga:  Sembako, IKN dan Pemilu 2024

Pembelajaran berdiferensiasi bukan saja mewajibkan guru mampu memetakan potensi siswa , sehingga
mengajar sesuai dengan potensi awal teaching at
the right level, namun juga diharapkan mampu menghadang fenomena learning loss atau hilangkan kemampuan belajar siswa akibat perubahan cara belajar selama pandemi Covid-19.

Bagaimanakah implementasi pembelajaran
berdiferensiasi di kelas? Haruskan guru mengklasifikasikan siswa dalam berbagai level?

Apakah guru harus memberikan assessment yang berbeda antara satu siswa dengan lainnya? Pertanyaan itulah yang sering penulis terima dari para guru atau kepala sekolah dalam beberapa minggu
belakangan ini.

Jika dikaitkan dengan pengertian pembelajaran berdiferensiasi yang mengandung makna pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, maka pertanyaan guru dan kepala sekolah tersebut menjadi relevan. Ada lima komponen yang bisa dijadikan indikator untuk mengukur apakah proses pembelajaran di kelas sudah berdiferensiasi atau belum.

Baca juga:  Berubah, Harus Diubah!

Komponen tersebut yakni kurikulum, lingkungan belajar, keterlibatan siswa, asessment atau penilaian serta manajemen kelas. Secara singkat dijelaskan sebagai berikut: Kurikulum yang implementatif dalam bentuk RPP harus menuliskan tujuan pembelajaran yang jelas, sintak pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran di kelas, serta bentuk assessment yang dilakukan oleh guru.

Tiga komponen tersebut seharusnya dipahami dengan jelas bukan saja oleh guru, namun juga oleh siswa. Lingkungan belajar; guru harus mampu menciptakan proses pembelajarann yang
menantang siswa untuk terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran.

Untuk itu guru harus mampu membudayakan daya kreasi, inovasi agar mampu menciptakan set belajar yang memungkinkan terciptanya suasana belajar yang menarik, menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, serta mendukung penguatan literasi baca dan numerasi. Keterlibatan siswa; pembelajaran berdiferensiasi akan menempatkan siswa sebagai episentrum proses pembelajaran.

Guru akan fokus pada upaya untuk menjadikan penilaian sebagai proses umpan balik sekaligus bahan refleksi untuk perbaikan pem￾belajaran sesi berikutnya. Manajemen Kelas: pembelajaran berdiferensiasi dicirikan dengan suasana kelas yang dinamis. Kelas akan sangat ramai dengan berbagai kegiatan yang dilakaukan oleh siswa.

Baca juga:  Belajar Daring Dikeluhkan, Kadisdikpora Badung Tegaskan Ini

Tidak ada siswa yang duduk melamun. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan guru untuk menciptakan set belajar yang mampu mengakomodir kebutuhan siswa.

Mekanisme pembelajaran disusun dengan jelas dan terstruktur namun fleksibel, sehingga meskipun menggunakan metode, materi, proses yang berbeda
namun pembelajaran berjalan dengan efektif.

Nah apakah proses pembelajaran yang dilakukan guru-guru sudah mencakup lima komponen tersebut? Ya para guru lah yang tahu jawabannya.

Lantas instrumen apa yang bisa digunakan untuk mengukur pelaksanaan komponen tersebut Jawabannya adalah dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikantongi guru. Sudahkan guru-guru mengembangkan RPP berdiferensiasi?

Lagi-lagi guru dan kepala sekolah yang berhak untuk menjawab.

Penulis, Pengawas Sekolah Dikpora Bangli

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *