Pengendara melewati Jalan Pura Demak, Denpasar yang dilanda banjir pada Senin (6/12). (BP/Hendri Febriyanto)

DENPASAR, BALIPOST.com – Curah hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi Minggu (5/12) hingga Senin (6/12) dini hari menyebabkan terjadinya genangan air, bahkan banjir di sejumlah wilayah. Kondisi ini merata di seluruh Bali, terutama di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Selain karena intensitas curah hujan yang tinggi, banjir yang terjadi juga disebabkan sistem drainase yang tidak baik dan lingkungan yang kurang bersih yang menyumbat saluran aliran air. Pengamat Tata Ruang Provinsi Bali, Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, M.Si., IAI., mengatakan, bahwa curah hujan tinggi (ekstrem) yang berlangsung lama membuat sejumlah wilayah di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung terendam banjir. Hal ini disebabkan karena kemampuan tanah menyerap air hujan tidak maksimal.

Baca juga:  Pohon Tumbang Landa Tabanan, Palinggih hingga Kendaraan Alami Kerusakan

Namun, dalam kondisi hujan normal pun dibeberapa titik di wilayah Kota Denpasar terjadi genangan air dan banjir. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan-perubahan fungsi ruang yang tidak diikuti dengan penyiapan rancangan drainase yang sesuai sepadan.

Menurut Prof. Rumawan, drainase yang ada di Kota Denpasar perlu di-review kembali dengan kondisi terkini. Di samping juga melakukan upaya-upaya mengurangi banjir dengan membuat kolam-kolam ritensi (semacam waduk-waduk kecil).

Sehingga, ada penampungan air hujan di kolam ritensi tersebut. Bahkan, setiap rumah tangga harus wajib memiliki biofori di halaman rumahnya, sehingga mempunyai resapan air. Bahkan, kebijakan ini mesti bagian di dalam IMB.

Baca juga:  Kasus Terkait Pariwisata Bermunculan, Tantangan Serius bagi Keberlangsungan Budaya dan Adat di Bali

Dikatakan, bahwa saat ini resepan air di pusat Kota Denpasar sudah sangat kritis, sebab jumlah tanah yang terbangun dari 100 persen luas Kota Denpasar sudah di atas 56 persen terbangun. Sehingga daya serap tanah berkurang. Oleh karena itu, perlu dibantu adanya resapan-resapan air  dan biofori masing-masing di halaman rumah. “Jangan lupa bahwa Kota Denpasar ini berhubungan dengan Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Tabanan. Sebagai sebuah sistem, sungai-sungai yang ada di hulu (Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar, red) pasti akan membawa kelebihan airnya ke hilir (Kota Denpasar,red). Jadi pintu-pintu DAM air mesti harus ditata lebih baik dalam situasi seperti saat ini,” ujarnya, Senin (6/12).

Selian itu, Prof. Rumawan juga mengkritisi aliran air yang melalui got tidak hanya berasal dari air jalan, tetapi juga dari air perumahan, perkantoran, bahkan dari aliran sungai di daerah lainnya. Sehingga, volume got tidak bisa menampung volume air yang sangat banyak dan menyebabkan luapan air. Belum lagi sampah-sampah menyumbat saluran got tersebut.

Baca juga:  Bupati Artha Tak Setuju Ada Pabrik Limbah Medis

Ia menyoroti, bahwa masih banyak perumahan/toko yang mengarahkan corong air atapnya langsung ke jalan. Sehingga airnya tidak jatuh di halaman rumah/tokonya, melainkan mengalir langsung ke jalan. Untuk itu, Pemerintah diminta agar segera menertibkan bangunan rumah/toko tersebut, sehingga permasalahan banjir yang menyebabkan tidak maksimalnya fungsi drainase untuk mengalirkan air bisa segera diatasi. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. Hahaha Sial banjir bin banjir ini, tak mungkin bisa di selesaikan di negri ini, selama ada kepentingan korupsi didalamnya. Bikin IMB sogok, bikin surat hak milik rumah / bangunan sogok, semua disogok, semua di beri Izin tanpa diteliti bagaimana dituasi bangunan tsb, merusak Lingkungan Apa Nggak..? Drainase nya bagus Apa Nggak.? Nah ini lah system kerja pejabat negri ini. Yahhh namanya aja REPUBLIK MIMPI, Ya mimpi terus, ujung2 nya negrinya tenggelem 😩😩😩😩😩😩

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *