BANGLI, BALIPOST.com – Hujan akhir-akhir ini berdampak terhadap produksi listrik pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Desa Kayubihi, Bangli. Listrik yang dihasilkan memengalami penurunan cukup signifikan. “Penurunan produksi di bulan November dibanding bulan sebelumnya (Oktober) sebesar 23%,” ungkap Direktur Perusahaan Daerah Bhukti Mukti Bhakti (Perusda BMB) Alit Putra.
Saat musim kemarau, produksi listrik PLTS tentunya bisa lebih maksimal. Karena kecendrungan radiasi sinar matahari lebih tinggi pada periode kemarau dibandingkan musim hujan.
Selain cuaca, produksi listrik PLTS juga sangat bergantung kinerja sistem PLTS. Ungkap Alit Putra, kinerja sistem PLTS yang ada saat ini kurang optimal. Sebab inverter yang merupakan komponen utama sistem PLTS, belum pernah diganti sejak 2012 lalu. Idealnya inverter dapat berfungsi optimal dalam kurun waktu lima tahun. Bisa juga sampai sepuluh tahun dengan perawatan dan pemeliharaan yang baik.
Saat ini terdapat 9 unit inverter yang perlu diganti karena sudah tidak berfungsi. Dalam beberapa tahun kedepan juga perlu ada pergantian bertahap terhadap 41 inverter lainnya karena secara usia sudah tergolong tua yakni sepuluh tahun. “Harapannya di tahun 2022, pemkab akan menganggarkan untuk biaya pergantian inverter terutama yang rusak,” ujarnya.
Menurutnya, PLTS 1 MWp yang dimiliki Kabupaten Bangli ini penting diperhatikan dan dijaga agar selalu ada dalam kondisi terbaiknya. Mengingat PLTS yang diresmikan tahun 2013 itu sebagai rujukan nasional dan sering dikunjungi oleh pemerintah dari luar Bali, Kementerian ESDM, lembaga internasional dan perguruan tinggi. “Apalagi kami sebagai BUMD memiliki peran vital dalam upaya mendukung program Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih,” ujarnya.
Pihaknya mengaku selama ini sudah berupaya melakukan pemeliharaan dan perawatan sistem PLTS semaksimal mungkin. (Dayu Rina/Balipost)