MANGUPURA, BALIPOST.com – Kabut duka menyelimuti Kabupaten Badung. I Gusti Ngurah Windia, maestro Topeng Tugek Carangsari, Petang, Badung dikabarkan berpulang, Senin (13/12).
Kepergian sang maestro ternama di Badung, dibenarkan Perbekel Carangsari, Made Sudana. Gusti Ngurah Windia sempat menjalani perwatan. “Iya meninggal tadi malam. Beliau sempat dirawat di RS Surya Husada,” ujarnya.
Menurutnya, jenazah almahum kini dititipkan di Rumah Sakit Daerah (RSD) Mangusada, Kapal. Belum diketahui kapan jenazah akan dipulangkan ke rumah duka. “Tadi malam jenazah dibawa ke RS Kapal, kurang tahu kapan akan dibawa ke rumah duka,” katanya.
Dikutip dari tulisan Prof Dr I Nyoman Darma Putra, M.Litt, di website dasarbali.wordpress.com, sang maestro mulai menari topeng tahun 1966 dan mulai 1969 terkenal ke seluruh Bali. Tahun 1970-an dan 1980-an, seniman topeng paling laris di Bali. Makanya cocok disebut maestro seni pertunjukan topeng.
Kehebatan Ngurah Windia terletak pada kemampuannya menari, matembang, dan segala ucap-ucap dalam seni pertunjukan topeng. Yang juga membuat belilau hebat adalah kreativitas dan kejenakaannya. Kisah, nasehat, dan hiburan pementasan beliau sungguh sempurna, memuaskan penonton.
Sajian Topeng Tugek Carangsari dinilai Darma Putra inovatif, orisinal, dan segar. Generasi muda-mudi tahun 1970-an dan 1980-an, sebagian besar mengenal Topeng Carangsari. Kasetnya beredar luas, laris, dan tak pernah membosankan. Lelucon penuh ejekan, kedunguan, kecerdikan, dan juga nilai-nilai tinggi yang mengundang decak kagum.
Dalam topeng prembon (memakai lakon) yang dipentaskan almarhum, penonton terpukau sejak awal sampai akhir. Ngurah Windia dinilai berhasil menciptakan alur dan adegan cerita yang kemudian ditiru banyak seniman. Bahkan, menjadi trend setter untuk tokoh dan plot pertunjukan prembon. Tiga tokoh ciptaannya yang tampil memukau dari aspek hiburan adalah: Si Gigi Sumbing, Si Tuli, dan Cewek Tugek. (parwata/balipost)