Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. (BP/Istimewa)

Oleh Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.

Ibu adalah sebutan perempuan yang melahirkan semua umat manusia di muka bumi. Ibu mengandung makna sebuah kekuatan besar.

Tidak ada wanita yang disebut ibu bisa dianggap remeh temeh, karena dalam sekitar 9 bulan Ibu mampu membawa beban berat dalam dirinya. Dari sejak si jabang bayi mulai tumbuh di dalam rahimnya, ibu dihadapkan pada berbagai masalah perubahan fisik dan psikis sampai pada si jabang bayi lahir dan bertumbuh.

Tugas membesarkan jauh lebih berat karena di dalamnya juga ada pendidikan nilai karakter yang diajarkan sejak dini. Tidak mengherankan bila wanita yang dipanggil Ibu sangat dihormati setinggi-tingginya dalam kehidupan, sehingga surga pun berada di telapak kaki ibu.

Barang siapa yang meninggikan Ibu, maka dia akan
mendapatkan surga kehidupan, artinya bahwa
penghormatan kepada Ibu akan mendatangkan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Ibu adalah Dewi Cinta, dalam diri seorang ibu hadir sebuah cinta kasih yang tulus.

Bahkan nyawa pun menjadi taruhan ketika Ibu harus
berjuang dalam proses melahirkan seorang anak
manusia ke muka bumi, yang dalam bahasa Bali
disebutkan ‘magantung bok akatih’ yang artinya nyawa seorang ibu dipertaruhkan demi kelahiran si jabang bayi ke dunia. Ibu adalah lambang cinta kasih yang tak ternilai dengan apapun. Itu sebabnya cinta seorang ibu dikatakan ‘unconditional love’ (cinta yang tidak terkondisi).

Baca juga:  Tantangan Pengembangan PLTS di Bali

Dalam situasi apapun dan bagaimanapun, seorang ibu akan selalu mencintai anak-anak yang dilahirkan dengan seluruh jiwa dan raganya.

Bagaimana dengan situasi sekarang ketika terjadi Ibu yang rela menjual anaknya? Ibu yang tega melakukan pembunuhan terencana kepada anak-anak kandungnya sendiri?

Dimanakah hati seorang ibu? Dimanakah kecantikan jiwa seorang ibu? Kemanakah cinta kasih tulus seorang ibu telah pergi?

Banyak faktor pemicu yang memang menyebabkan hati seorang ibu telah beku. Kondisi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama hampir dua tahun adalah salah satu penyebab seorang ibu dapat berlaku keji.

Faktor ekonomi dapat memicu siapa saja manusia termasuk seorang ibu berbuat khilaf karena emosi sesaat dan mencari jalan pintas yang sesat. Ibu yang satu ini adalah ibu yang rapuh, mentalnya terkoyak
oleh saratnya berbagai beban dan permasalahan
kehidupan. Ibu ini sedang sakit.

Baca juga:  Ambigu Sosok Ibu

Jikalau ibu tersebut ingat betapa sakitnya ketika melahirkan, yang jauh lebih sakit dibandingkan masalah ekonomi, tentu seorang ibu tidak akan rela berbuat tega menghabisi anak titipan Sang Pencipta kehidupan.

Manakala wanita yang disebut Ibu mampu mencerna dan memaknai kehidupan yang sesungguhnya,
bahwa suka duka, bahagia dan nestapa selalu
berdampingan, mestinya beliau sadar bahwa Ibu
merupakan pelita di kala gelap, yang menyinari
dan memberikan pencerahan jiwa.

Hati seorang ibu penuh dengan keindahan. Kecantikan jiwanya dihargai setinggi-tingginya oleh Sang Pencipta alam semesta, karena seorang Ibu menjadi perpanjangan tangan Sang Pencipta dalam hal memelihara keberlangsungan alam semesta di bumi.

Cinta kasih sejati seorang ibu yang dapat memberikan kehidupan bagi calon-calon manusia yang melindungi bumi dari kemusnahan (sustainable beings). Ibu adalah sang Wonder Woman, wanita perkasa yang mampu mengerjakan berbagai tugas (multi-tasking).

Mulai dari menjaga dan merawat anak dan keluarga, memberikan pendidikan khususnya akhlak atau nilai-nilai karakter, kegiatan sosial, sampai dengan kegiatan karier atau profesi di ranah formal atau publik.

Baca juga:  Peringati Hari Ibu, Polwan Kunjungi Panti Jompo

Ibu, sang Wonder Woman adalah wanita kuat yang sukses dalam berbagai tugas yang dibebankan, ibu yang sukses membina keluarga, mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan hebat dalam karir dan profesi. Ibu yang mampu mengerjakan semua tugas dalam berbagai sendi kehidupan informal, formal, dan nonformal.

Dalam konteks ini, Ibu adalah sumber energi, kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan yang mampu menjadi penopang keluarga yang bekerja sama dengan ayah dalam menjalani kehidupan di tiga ranah. Itu sebabnya kedudukan seorang ibu sangatlah terhormat dan mulia.

Dalam kitab Manawa Dharmasastra III.56 ditegaskan di mana para ibu dihormati di sanalah para Dewa berkenan hadir, namun sebaliknya, di mana Ibu tidak dihormati, upacara suci apapun tidak akan membuahkan hasil (Yatra naryastu pujyante, ramante tatra devatah, yatraitastu na pujyante, sarvastatraphalah kriyah).

Selamat Hari Ibu kepada semua Ibu di muka bumi, jadilah ibu yang terhormat dengan menjaga pikiran,
perkataan, dan perbuatan.

Penulis, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris,
Undiksha

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *